Tak perlu lagi mati-matian mengejar nilai untuk meraih sekolah impian. Semua sekolah sama saja. Bahkan zonasi diyakini mampu menghapus pungli. Ya, praktek pungli kerap hadir di saat tahun ajaran baru. Banyak orangtua mati-matian berusaha anaknya bisa masuk sekolah favorit. Dengan segala cara, termasuk lewat pungli. Ah benarkah demikian? Apakah seburuk itu dampak keberadaan sekolah favorit? Tentu saya tak ingin membahas ini lebih lanjut.
Mari kita bicara soal eksistensi bimbel ditengah zonasi. Menurut saya bimbel tetap dibutuhkan saat zonasi. Bimbel tak sekadar untuk mengejar sekolah favorit. Tetapi lebih pada terus memelihara iklim belajar.
Ada atau tidak ada sekolah favorit, kewajiban utama bagi para siswa adalah belajar. Mereka tetap harus belajar untuk memahami materi-materi yang ada di sekolah. Mereka tetap dituntut untuk bisa menjawab beragam tes yang diselenggarakan di sekolah.
Selain itu jangan lupakan bahwa masih ada seleksi untuk masuk perguruan tinggi negeri. Tak bisa dipungkiri soal-soal yang ada di tes masuk PTN tidak dibahas di sekolah. Memang materi sudah pernah diajarkan di sekolah. Tetapi soal-soalnya beserta cara menjawabnya tentu tak pernah di bahas di sekolah.
Bimbel ada untuk memenuhi kebutuhan itu. Bimbel membantu siswa mampu menjawab soal-soal seleksi PTN. Memberikan rekomendasi pilihan PTN yang disesuaikan dengan kemampuan siswa.
Keberadaan bimbel bukanlah saingan bagi sekolah. Melainkan saling melengkapi. Ibaratnya sekolah adalah makanan pokok. Sedangkan bimbel ada kudapannya.
Pilihan bimbel atau tidak bergantung dari kebutuhan siswa itu sendiri. Bimbel tak sekadar untuk mengejar nilai semata. Melainkan lebih membantu siswa memahami materi.
Memilih Bimbel yang Tepat
Diantara menjamurnya bimbel di Indonesia, pasti tidak sulit untuk memilih bimbel yang tepat. Biasanya ada beberapa pertimbangan yang dilihat untuk memilih sebuah bimbel. Apa sajakah itu?
1. Soal-soal terupdate dan materi yang sesuai