Mohon tunggu...
Dian Savitri
Dian Savitri Mohon Tunggu... Guru - Seorang pengajar dan perantau

Berkelana ratusan kilometer dari kampung halaman, mengumpulkan pengalaman demi secercah harapan di masa tua

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sinergi Studi dan Asrama

7 April 2015   08:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:26 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terima kasih dihaturkan sepenuhnya kepada Pemerintah atas Program Pendidikan Profesi Guru untuk alumni SM3T. Kami diajarkan tentang 'Bagaimana seharusnya untuk menjadi seorang guru'. Khusus di tahun ini studi PPG ditempuh bersamaan dengan berubahnya kurikulum (lagi) dari Kurikulum 2013 (sebut saja Kurtilas) menuju ke KTSP. Beberapa program studi harus mempelajari dua perangkat pembelajaran sekaligus, membuat dua RPP di setiap sesi. Ah, kami tidak mengeluh, ini kan belajar dan belajar itu untuk seumur hidup, bukan? Sebut saja istilah kerennya Long Life Education.

Terima kasih juga dihaturkan kembali karena semua kehidupan (begitu kami menyebutnya) mahasiswa PPG-SM3T ditanggung. Ada asrama dengan segala fasilitas yang setidaknya membuat hidup kami nyaman, aman dan juga terkendali. Seperti layaknya tujuan asrama pada umumnya, untuk mengontrol dan mengelola sikap penghuni menjadi lebih baik. Oke, saya percaya itu. Beberapa hari dalam satu minggu ada beragam kegiatan di asrama untuk melatih skill. Meskipun beberapa juga dari kami harus puas dengan kegiatan yang sebenarnya tidak sesuai dengan keinginan. Sekali lagi harus ditegaskan (mungkin) tidak semua kegiatan dapat diorganisir.

Kerapkali sebagian besar orang sulit beradaptasi dengan peraturan. Belajar di kampus dari pukul 07.30 hingga 17.30 memang cukup melelahkan. Sepuluh jam lamanya dihabiskan dengan duduk manis, mata menghadap layar komputer dan mendengarkan arahan dosen. Untuk kegiatan ini, saya menikmatinya. Hanya saja, masih ada satu pertanyaan sederhana, "Kurikulum apa yang nantinya akan diterapkan?". Terkadang saya merasa khawatir jika bukan Kurtilas yang diterapkan, mengingat masih ada beberapa -ketidaksempurnaan- di dalamnya, terlebih lagi untuk guru-guru jurusan bahasa. Mungkin proses belajar ini memang membutuhkan waktu lama untuk mengerti, atau bisa jadi tidak akan pernah mengerti hingga di akhir nanti.

Bagaimana dengan kehidupan asrama? Nah, ada banyak hal yang ingin saya tuliskan. Tujuan akhirnya memang baik, yakni membentuk kepribadian seseorang untuk menjadi sosok guru yang mendekati 'sempurna'. Tapi apakah dengan 'presensi kehadiran' lantas membuat individu berkepribadian luhur? Apakah saya tidak setuju dengan peraturan yang ada? Ya, mungkin. Sarapan pagi pukul 06.30 tepat. Iya tepat, bukan mendahului dan pula bukan mengakhiri.

Suatu waktu, dosen di kelas saya meminta masuk kelas pada pukul 07.00, ada beberapa tugas harus dikumpulkan. Secara sadar dan penuh tanggung jawab, kami makan pagi pukul 06.00 yang disambut tatapan kurang hangat yang menyiratkan 'hei, you know makan pagi jam setengah tujuh dan kenapa-sudah-makan?'. Absen makan pagi kami dicoret dan itu adalah pelanggaran. Hurray!!! We got 2 points.

Pertanyaan sederhana kedua, 'Mana yang harus didahulukan di program ini? Asrama atau studi di kampus?'. Peserta PPG memang dituntut tinggi dalam studi ini. Saya sanggup. Hanya mungkin terkadang merasa ada beberapa peraturan tak logis sementara di tempat lain tidak diberlakukan absen makan pagi. Bukan pelanggaran itu, kawan. Bukan. Jika hal seperti ini saja terasa ganjal dijalankan, bagaimana program ini bisa berjalan lebih baik? Atau mungkin senang mendapat protes? Who knows...

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun