Mohon tunggu...
Dedy Gunawan
Dedy Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Suami dari seorang istri yang luar biasa dan ayah dari dua anak hebat.

Penulis, blogger, jurnalis, senimanmacro, fotografer, penikmat kuliner, traveler, guru, pelatih menulis, dan penyuka segala jenis musik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sekolah Kami Bukan Kandang Lembu

12 Agustus 2019   10:11 Diperbarui: 12 Agustus 2019   10:29 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi ruangan kelas di SD Gunung Pamela Sipispis, Sei Rampah. Ruangan dihiasai sehingga tampak semarak dan memikat. Foto: Dedy Hutajulu

Sekolah ini tertata dengan rapi. Dari pintu gerbang, tanaman hijau dan ratusan bunga nan harum menyambut setiap tamu yang datang. Wanginya semerbak, sedangkan warnanya menyegarkan mata. Di tiap sudut sekolah itu, banyak pohon rindang dan berbuah. Lahan pinggiran kelas, penuh dengan apotik hidup.

RUANG kelasnya berwarna-warni. Warna catnya ngejreng. Pagar dan gerbangnya pun demikian. Orang orang yang melewatinya, selalu menoleh memberi perhatian. Lingkungan sekolah ini, nampak asri dan menyenangkan untuk belajar. 

Tapi Anda mungkin tak akan percaya. Dulu, sekolah ini jauh dari semua gambaran ideal di atas. Perawakannya amatlah gersang. Tanaman saja tidak ada, apalagi bunga warna-warni. 

Dindingnya kelasnya buram. Ruangan kelasnya tidak menarik. Tak satu pun hiasan menempel di dinding tua, kecuali gambar Presiden dan Wakil Presiden Indonesia.

Teras kelas dihiasi dengan bunga hidup. Foto: Dedy Hutajulu
Teras kelas dihiasi dengan bunga hidup. Foto: Dedy Hutajulu
Oleh warga, sekolah ini dijadikan sebagai penggembalaan lembu. Ternak satu ini bebas berkeliaran di lingkungan sekolah, lantaran tidak ada pagar. Bahkan kotoran lembu bertebaran dimana-mana. Bau dan menjijikkan. "Sekolah kami ini cukup memprihatinkan waktu itu," ungkap Sampir, Wakil Kepala SD Negeri No. 106873 Gunung Pamela Kecamatan Sipispis ketika saya wawancarai di Sei Rampah, tempo hari.

Namun semenjak adanya program Green, Clean and Life (GCL) sekolah itu mulai berbenah diri. Kepala Dinas Pendidikan Serdang Bedagai, Joni Walker Manik mengarahkan supaya sekolah-sekolah mencanangkan program GCL. "Sekolah kami ditunjuk menerapkan program ini," ucap Sampir.

Untuk mewujudkan lingkungan sekolah yang asri dan nyaman bagi warga sekolah, pihak sekolah melibatkan masyarakat. Masyarakat mengamini kerjasama yang baik itu. Mereka menghibahkan pagar, gerbang dan pot-pot beserta bunganya.

"Waktu itu sebelum puasa, kami adakan rapat dengan komite. Semua kami undang, orangtua, guru-guru termasuk korwil. Kami sampaikan kalau sekolah ini ditunjuk untuk menerapkan GCL. Semuanya mendukung," lanjutnya.

Di halaman ditanami pohon jambu juga beberapa pohon kelapa sehingga menambah keteduhan lapangan. Foto: Dedy Hutajulu
Di halaman ditanami pohon jambu juga beberapa pohon kelapa sehingga menambah keteduhan lapangan. Foto: Dedy Hutajulu
Hasilnya cukup memuaskan. Ada banyak tanaman yang tumbuh menghiasi pekarangan sekolah. Beberapa tanaman ada yang sudah berbuah. "Sekarang sudah hijau," kata Sampir sembari menunjuk sekitar sekolah.

Bukan hanya pekarangan sekolah yang elok dilihat. Setiap ruangan dicat dengan warna cerah, sedangkan sudut ruangan dihiasi sedemikian rupa hingga tampak rapi dan memikat. "Macam manalah supaya anak-anak betah di sekolah kami, itu yang kami upayakan," timpalnya.

Semangat guru-guru semakin berkobar karena lingkungan sekolah semakin menyenangkan. Lahan seluas satu hektar itu, kini sudah dipagari tembok. Penataannya lebih mudah. Tak ada lagi sapi yang bekeliaran, "Kalau yang mengecat ruangan, kami guru-guru bersama anak-anak kelas enam. Catnya dibeli sekolah," imbuh Sampir.

Meja-meja belajar siswa diberi taplak sehingga lebih bersih dan nyaman bagi murid-murid saat belajar di kelas. Foto: Dedy Hutajulu
Meja-meja belajar siswa diberi taplak sehingga lebih bersih dan nyaman bagi murid-murid saat belajar di kelas. Foto: Dedy Hutajulu
Dekorasi ruangan menjadi tanggung jawab guru-guru. Para guru berlomba menata kelasnya, mulai dari mengecat dinding, merapikan meja dan kursi, menata taman di depan kelas sampai mendesain poster-poster yang dipajang di ruang kelas.

Di hari libur, tanaman dan bunga-bunga di sekolah juga tetap hijau dan disirami. Sekolah melibatkan siswa untuk merawat dengan memberi reward. Ada enam murid yang ditugasi menyirami tanaman. Mereka itu adalah anak-anak kebun yang rumahnya tak jauh dari sekolah. 

Benarlah kata pepatah, jika ada kemauan (untuk berbenah), pasti ada jalan (untuk mewujudnyatakannya). Dan sekokah di pelosok Serdang Bedagai ini telah membuktikannya. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun