Mohon tunggu...
Dedy Gunawan
Dedy Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Suami dari seorang istri yang luar biasa dan ayah dari dua anak hebat.

Penulis, blogger, jurnalis, senimanmacro, fotografer, penikmat kuliner, traveler, guru, pelatih menulis, dan penyuka segala jenis musik.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"A Girl in The River" dan Kisah tentang Susahnya Membangun Kesetaraan Gender

3 Mei 2019   18:32 Diperbarui: 3 Mei 2019   19:26 786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar sampul film A Girl In The River

Di Pakistan status perempuan masih kelas dua. Berabad-abad, perempuan tak berhak menentukan nasibnya. Upaya mewujudkan kesetaraan jender ibarat menegakkan benang basah.

***

SABA, perempuan 19 tahun, diseret pamannya dari rumah kekasihnya, Qaiser. Baru empat tahun, wanita ini berpacaran dengan Qaiser. Hubungan mereka murni tumbuh karena rasa saling sayang. 

Qaiser, memang anak orang miskin. Stratanya jauh di bawah keluarga Saba. Namun Qaiser, seorang sosok pria penyayang, penyabar dan tak pemarah sukses menawan hati nona muda, Saba. Qaiser, bersama orangtuanya, tinggal di sebuah pemukiman padat penduduk di kota Punjab.

Dari rumah sang kekasih, Saba digelandang seperti menyeret ternak ke tempat penjagalan. Diseret lalu dimasukkan ke dalam mobil Toyota. Sang paman berkendara bersama Magsood, ayahnya Saba.

Mobil berhenti di  tempat sunyi, di tepi sebuah sungai. Paman mencengkeram leher Saba. Sebuah pistol ditodongkan tepat di pelipis Saba. Malam itu, bakal tamatlah riwayat  'wanita pembangkang' itu.

Dor....

Sepersekian detik, Saba memiringkan kepalanya, peluru pun meleset dan hanya merobek bagian mulut hingga dekat matanya. Luka itu menganga. Melihat Saba masih bernyawa, sang paman memukulinya hingga pingsan. Lalu tubuhnya dimasukkan ke dalam sebuah tas, kemudian, seperti melempar batu, Saba dibuang ke dalam sungai, dengan harapan, perempuan "pengkianat" itu akan mati dengan air yang menyesaki paru-parunya.

Saba berada diambang maut. Namun takdir bicara lain. Dalam tas yang hanyut itu, ia siuman dan berusaha keluar. Ia merayap hingga ke tepi sungai dengan menjangkau semak-semak. Masih dalam kondisi setengah sadar ia bergerak menuju cahaya lampu para pengendara sepeda motor berjarak ratusan meter dari kolong jembatan. Ia berhenti di sebuah pusat pengisian bahan bakar (SPBU). Dari situlah, ia ditolong warga. Ia dilarikan ke rumah sakit terdekat.
***

KISAH Saba yang nyaris mati di tangan paman dan ayah kandungnya, hanya satu dari ribuan kasus di Pakistan. HBO mereportase dan menjadikannya film dokumenter yang sangat mengharukan. Setiap tahun, menurut data HBO, lebih dari 1.000 orang perempuan mati di Pakistan dibunuh oleh saudara atau kerabatnya atas nama kehormatan.

Upaya Saba dan ribuan perempuan lainnya yang nekat menikahi lelaki dari strata berbeda seperti mencari tali gantungan. "Luka Saba ini bikin saya terganggu," kata dokter yang merawatnya di rumah sakit.

Ali Akbar, Kepala Penyidik Kepolisian Pakistan menginvestigasinya. Ia berkali-kali terjun ke lokasi tempat Saba ditembak dan dibuang pamannya. Keterangan Saba dan sejumlah saksi dikumpulkan. Akbar bekerja keras mengungkap kasus ini demi menjerat Maagsod, ayah Saba dan pamannya ke penjara. Pengacara juga mendukung upaya Saba untuk memenjarakan ayahnya. "Saya tak akan pernah memaafkannya," kata Saba geram.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun