Mohon tunggu...
Dedy Amril Ismail
Dedy Amril Ismail Mohon Tunggu... pegawai negeri -

GURU, punya semboyan: JANGAN BIARKAN ORANG YANG TAKTAHU BACA-TULIS-HITUNG MASUK KE KOMPASIANA.....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengejar Matahari di Penghujung Tahun

29 Desember 2010   15:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:14 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di penghujung tahun yang biasanya merupakan waktu liburan, lazimnya orang-orang ingin melakukan sesuatu atau lebih tepatnya mengalami sesuatu yang terkesan unik. Peristiwa matahari terbenam adalah momen yang menarik dan unik. Dikatakan momen yang menarik/indah karena permainan cahaya matahari yang dihasilkannya serta pantulannya oleh air laut yang menyatu dengan rangkaian awan menghasilkan perpaduan warna yang indah. Dan disebut momen unik karena peristiwa terjadi begitu singkat, hanya beberapa menit dan jarang terjadi karena kadang-kadang cuaca yang tidak mendukung. Mungkin alasan inilah yang dipakai sehingga memunculkan istilah ‘mengejar matahari’.

Seperti itulah yang saya lakukan bersama teman untuk ‘mengejar matahari terakhir’ di penghujung tahun. Dan kali ini saya memilih tempat di Pulau Wanci Kabupaten Wakatobi, tepatnya di Pantai Wisata. Pantai Wisata sangat mudah dijangkau, karena terletak 50 meter di tepi jalan poros Wangi-Wangi. Wangi-Wangi sendiri adalah ibukota kabupaten Wakatobi, terletak di Pulau Wanci, salah satu Pulau dari empat pulau besar di Kabupaten Wakatobi (Wakatobi sendiri diambil dari singkatan nama empat pulau tersebut yaitu Wanci, Kaledupa, Tomia dan Binongko).

Oh ya, diberi nama ‘Pantai Wisata’ karena tempat ini terletak persis di belakang Hotel Wisata, plus di tempat itu terdapat ‘Kafe Wisata’ yang merupakan salah satu area favorit untuk menyaksikan panorama matahari terbenam.

Sembari menanti momen matahari terbenam saya dapat pula menikmati hidangan ikan bakar segar plus ditemani jus buah. Ikannya masih segar bo’ karena diambil langsung dari kolam, tentunya dipilih sendiri sesuai selera dan kemampuan kocek kita, mirip-miriplah belanja di swalayan. Beda dengan ikan yang dikonsumsi di tempat lain yang menurut teman saya bahwa ikan yang dikonsumsi itu lebih lama waktu matinya dibanding waktu hidupnya, hehehe....

Dengan merogoh kocek sebesar Rp20.000,00, saya bersama teman sudah dapat tempat untukmemotret panorama matahari terbenam, menikmati suasana kafe yang di-setting bernuansa maritim plus hidangan ikan kuwe bakar, sup kepala ikan dan jus buah. Dan waktu panorama matahari terbenam yang dinanti telah tiba, dengan segera seakan tidak ingin kehilangan momentum berharga, langsung saja saya mengambil kamera, trus jepret sana-jepret sini, klik....klik...klik.... Inilah hasilnya....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun