Mohon tunggu...
Dedy Padang
Dedy Padang Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Sedang berjuang menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana yang sangat baik untuk menenangkan diri dan tidak tertutup kemungkinan orang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Anak Perempuan Nias Itu Cantik-cantik dan Pekerja Keras

3 April 2022   23:36 Diperbarui: 3 April 2022   23:39 2625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sesi Foto bersama seusai Perayaan Ekaristi. Dokumentasi pribadi

Suatu hari, untuk mempelajari bahasa Nias, saya diutus oleh pimpinan ke suatu desa yang terpencil yang letaknya di pegunungan. Lokasi itu sengaja dipilih mengingat di sana penggunaan bahasa Indonesia sangat jarang digunakan. 

Selain itu, di daerah itu juga belum ada listrik. Warga di sana masih mengandalkan mesin genset untuk penerangan di malam hari. Penggunaannya juga sangat terbatas, yaitu mulai pukul 19.00 hingga 22.00 WIB. Dari tenaga mesin itu pulalah setiap orang mendapatkan listrik untuk men charger HP atau laptop. 

Ke tempat itu, saya di antar oleh seorang katekis. Kebetulan beliau memiliki kenalan di sana. Kepada mereka saya dititipkan sambil diberi tugas untuk mengajari saya bahasa Nias. 

Waktu yang diberikan kepada saya untuk belajar bahasa ialah dua minggu. Bagi saya, itu adalah waktu yang sedikit mengingat tingkat kesulitan bahasa Nias lumayan tinggi. Namun dengan waktu yang sedikit itu pula, saya termotivasi untuk lebih giat belajar. Artinya, saya benar-benar diminta untuk memanfaatkan waktu sebaik mungkin. 

Salah satu tehnik yang saya gunakan dalam belajar bahasa ialah terjun ke tengah-tengah kehidupan mereka sehari-hari. Saat mereka pergi ke ladang, saya ikut. Sepulang dari ladang, saya juga terkadang ikut bermain bola voli bersama orang-orang muda di tempat itu. Sebagai catatan, mereka terkenal dengan kemampuan bermain bola voli dengan baik. 

Ada satu hal yang menarik perhatian saya selama belajar di tempat itu, yaitu anak-anak perempuan mereka. Dari segi paras, anak-anak perempuan Nias itu cantik-cantik. Namun yang lebih hebat dari situ ialah, mereka juga pekerja keras. 

Sepulang sekolah, mereka akan segera pergi ke ladang. Umumnya di sana berladang karet. Dengan berpakaian yang kumuh dan kotor karena bekas karet yang lengket, mereka membawa alat untuk menderes karet. Tidak lupa juga, mereka membawa sebuah parang yang mereka ikatkan di pinggang mereka. Itulah penampilan mereka sepulang sekolah hingga magrib nanti tiba. 

Saat magrib tiba, mereka akan pulang dengan kumpulan kayu bakar di atas kepala mereka. Kayu bakar itu mereka ikat dengan kulit kayu. Jumlah kayu bakarnya juga terbilang cukup banyak. Saya ragu kalau saya mampu memikulnya, apalagi harus melalui jalan yang berbukit-bukit. 

Selain kayu bakar, ada pula dari mereka yang membawa getah karet hasil panen mereka. Karena belum terbiasa, saya sering tidak tahan dengan aroma karet tersebut. Namun bagi mereka aroma itu menjadi penanda kalau uang akan segera tiba. 

Getah karet yang mereka bawa, acap kali masih berair. Itu karena selama belum di bawa ke pengumpul, getah karet itu mereka rendam di dalam air. Dari sana saya bisa mengerti mengapa pakaian mereka penuh dengan getah karet. Namun itulah pemandangan di sore hari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun