Pemerintah secara resmi melarang mudik tahun ini. Larangan itu berlaku dari tanggal 6 hingga 17 Mei 2021. Namun meskipun telah dilarang, masih ada yang nekat untuk mudik.
Berbagai cara dilakukan untuk bisa mudik. Ada yang melakukan mudik sebelum tanggal larangan mudik, dengan kata lain mereka "Curi Start untuk mudik".Â
Ada juga yang melintasi jalan tikus sehingga muncul meme yang mengatakan kalau untuk tahun ini tikus tidak bisa mudik karena jalannya telah digunakan oleh manusia.Â
Ada juga yang menggunakan perahu nelayan. Ada juga yang dengan berani menerobos pos penyekatan. Dan yang lebih parahnya lagi, ada yang mudik dengan menggunakan mobil ambulans.Â
Untuk yang terakhir ini bisa dibilang cukup para dan nekat. Mereka bersedia menganggap diri sebagai mayat atau orang yang sakit para agar bisa mudik.
Namun, apa pun caranya dan bagaimana pun aksi dari para pelaku mudik tersebut, polisi berhasil menggagalkan mereka. Dalam hal ini, tidaklah berlebihan jika kiranya kita beri jempol kepada pak polisi yang bertugas menjaga penyekatan tersebut.
Sebenarnya jika kita mengerti dan benar-benar sadar mengapa mudik itu dilarang, maka bisa dipastikan tidak akan ada yang berani nekat untuk mudik.
Pemerintah melarang mudik dengan tujuan mengekang penyebaran Covid-19. Pandemi ini sangat berbahaya karena telah merebut banyak nyawa para saudara-saudari kita. Oleh karena itu, pemerintah berusaha untuk menjaga agar penyebaran Covid-19 ini tidak sampai terbawa kepada keluarga-keluarga kita yang berada di kampung. Dengan demikian, risiko terjangkit virus korona pun bisa dicegah.
Namun nyatanya, banyak di antara kita yang nekat mudik. Apakah kita tidak tahu tentang alasan pelarangan itu? Saya yakin kita semua tahu karena saat menginformasikan tentang pelarangan mudik tersebut, pemerintah juga menyertakan alasannya, yaitu mencegah penyebaran Covid-19. Dengan mencegah penyebarannya, maka fokus utama kita tinggal satu yaitu merawat yang sedang terjangkit.
Kelihatannya kita memang tahu namun tidak peduli. Kita tidak peduli dengan pandemi yang sedang melanda negeri kita ini. Seandainya kita peduli, kita pasti mentaati aturan pemerintah untuk tidak mudik.
Sampai kapan kita tidak peduli? Haruskah sampai saat keluarga kita yang terjangkit baru kita peduli?
Saya kira tidak harus demikian. Kita bisa bersimpati dengan mereka yang telah mengalaminya sendiri, betapa menderitanya mereka yang kehilangan sanak keluarga karena covid-19.
Kita juga harus sadar bahwa pandemi ini secara nyata telah mengganggu kehidupan normal kita. Ada dari antara kita yang kehilangan pekerjaannya. Ada yang dari antara kita yang terbatas jam kerjanya. Ada juga dari antara kita yang tidak bisa melihat secara langsung senyum bahagia dari orang-orang yang berada di sekitar kita. Masih banyak lagi hal-hal yang dalam hidup kita menjadi terganggu karena pandemi ini.
Sebenarnya jika kita mau peduli, maka kita yakin bahwa pandemi ini akan segera berakhir. Dengan demikian, hidup kita pun akan normal kembali seperti saat sebelum pandemi.
Namun jika kita bertahan dengan sikap tidak peduli, maka selamanya kita akan berada dalam kekacauan akibat Covid-19. Saya berharap agar kita memilih untuk peduli.
Oleh karena itu, marilah melihat aturan pelarangan mudik itu sebagai sikap peduli terhadap bahaya Covid-19, dan memang nyatanya Covid-19 itu sangat berbahaya dan mengganggu kehidupan normal kita bersama.