Mohon tunggu...
Dedy Padang
Dedy Padang Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Sedang berjuang menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana yang sangat baik untuk menenangkan diri dan tidak tertutup kemungkinan orang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Harusnya Aku Peka dan Memberi Sapaan

7 Februari 2021   08:59 Diperbarui: 7 Februari 2021   09:09 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada suatu Sabtu sore, saya sedang melatih seorang anak untuk bermain organ di Gereja. Itu adalah latihan kami yang pertama sejak ia meminta untuk diajari bermain organ. Kami sepakat untuk latihan pada pukul 15.00 setiap harinya kecuali hari Minggu.

Karena masih latihan awal, anak itu mengalami banyak kesulitan, terlebih saat saya memintanya menekan tuts organ dengan keadaan jari yang tidak terlepas dari tutsnya. Berulang kali ia mencobanya dan selalu gagal, sampai ia merasa geram dan minta maaf kepadaku. Namun saya meyakinkannya dengan mengatakan bahwa itu adalah tantangan awal yang harus ia lewati. Ia hanya perlu tekun dan setia. Karena itu saya memintanya untuk tetap tenang dan bersabar dalam setiap latihan yang akan ia jalani.

Sesuai dengan apa yang telah kami sepakati, kami akan melakukan latihan selama satu jam, tidak boleh lebih. Kalau lebih, saya khawatir dia akan bosan dan mengurungkan niat untuk memahami cara bermain organ. Jadi kami sepakat untuk latihan dari pukul 15.00 hingga 16.00 WIB.

Saat kami sedang konsentrasi latihan, tiba-tiba seorang bapak masuk ke gereja. Awalnya beliau melihat ke arah kami selama beberapa menit, setelah itu ia duduk di bangku. Di tangan beliau terdapat sebuah kertas. Namun kami tetap melanjutkan latihan kami. Saat itu jam yang ada di gereja menunjukkan pukul 15.35 WIB. Itu artinya kami masih memiliki beberapa menit untuk latihan sampai sebelum pukul 16.00 WIB.

Saya terus berkonsentrasi kepada anak yang saya latih tersebut sambil sesekali melihat ke arah bapak itu. Bapak itu sesekali pergi keluar dan kembali masuk lagi.

Namun beberapa saat kemudian, bapak sekretaris paroki datang menghampiri saya. Dengan berbisik beliau mengatakan bahwa bapak yang datang itu ingin latihan untuk mengiringi lagu-lagu yang akan dinyanyikan pada Perayaan Ekaristi esok harinya. Beliau meminta kami untuk berhenti dan mempersilahkan bapak itu untuk latihan.

Akhirnya kami pun mengakhiri latihan kami pada sore itu dan mempersilahkan kepada bapak itu untuk latihan. Saya juga meminta maaf kepada bapak itu karena tidak mempedulikan kedatangannya saat itu padahal saya tahu bahwa biasanya setiap Sabtu sore, para petugas untuk Perayaan Ekaristi hari Minggu akan mengadakan latihan.

Dari pengalaman itu saya belajar betapa pentingnya sikap peka saat berhadapan dengan orang lain. Seharusnya saya mengerti bahwa kedatangan bapak itu adalah untuk latihan karena itulah yang selalu terjadi setiap Sabtu sore. Namun sore itu saya diam saja dan merasa diri tidak berbuat salah, padahal saya telah mengambil jatah latihan untuk bapak itu.

Ketidakpekaan itu, membuat saya tidak memberi sapaan kepada bapak itu. Saya masih ingat bahwa saat bapak itu masuk ke gereja, saya hanya melihatnya tanpa memberikan sapaan kepadanya, padahal sebagai yang lebih muda, adalah suatu kewajiban bagi ku untuk terlebih dahulu memberi sapaan kepada yang tua. Akibat, saya pun tidak bisa menangkap maksud kedatangan bapak itu ke gereja.

Jika seandainya saya memberi sapaan kepada beliau, pastilah selanjutnya saya akan mengetahui maksud kedatangannya ke gereja karena setelah sapaan terjadi, akan dilanjutkan sebuah percakapan ringan, seperti bagaimana kabar dan bantuan apa yang bisa kuberikan kepada beliau. Akhirnya dari pengalaman itu juga saya pun belajar betapa pentingnya memberi sapaan kepada setiap orang yang datang ke sekitar kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun