Mohon tunggu...
Dedy Padang
Dedy Padang Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Sedang berjuang menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana yang sangat baik untuk menenangkan diri dan tidak tertutup kemungkinan orang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Memilih Kemungkinan

5 Desember 2020   11:01 Diperbarui: 5 Desember 2020   11:17 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam hidup ini ada banyak kemungkinan. Namun saya percaya setiap orang bebas memilih kemungkinan mana yang ia inginkan, dan tentunya itu bukanlah sebuah keinginan belaka tetapi keinginan yang mendatangkan kebaikan bagi dirinya. Berikut pengalaman saya.

Suatu pagi seorang saudara tua di komunitas kami meminta saya untuk mengantarkan dua orang saudara ke bandara. Mereka hendak pergi ke luar kota untuk berobat.

Namun ketika saya memberitahukan hal itu kepada kedua saudara yang akan berangkat, mereka menolak dan mengatakan agar supir komunitas saja yang mengantar. Lalu saya setuju dan pergi mengambil kegiatan seperti biasanya.

Siang harinya, setelah kedua saudara itu pergi, saudara tua yang meminta saya untuk mengantarkan mereka itu bertanya: "Mengapa tidak jadi mengantar?" Belum sempat saya menjawab lalu saudara-saudara yang lain berkata "Mereka belum yakin dengan kemampuan mu untuk menyetir sehingga mereka meminta supir untuk mengantarkan mereka".

Lalu, sambil bercanda, saya memberi jawab demikian, "Boleh jadi mereka tidak mau merepotkan saya". Semua orang tertawa dengan jawaban saya itu dan seseorang dari mereka berkata, "Iya ada dua kemungkinan, antara tidak mau merepotkan atau memang belum yakin".

Lalu saya pun kembali memberi jawab demikian, "Tetapi saya lebih suka memilih kemungkinan yang menyenangkan hatiku". Mereka masih saja tertawa dengan komentar ku, namun tidak melanjutkannya lagi. Kami menutup "sesi debat" kami dengan makan siang bersama.

Sepulang dari makan siang bersama, saya kembali merenungkan isi debat kami. Saya tertarik dengan pernyataanku yang mengatakan bahwa saya lebih suka memilih kemungkinan yang menyenangkan hatiku. Mungkin pernyataan itu spontan sifatnya karena lahir sebagai bentuk pembelaan saya atas "debat persaudaraan" itu. Meskipun demikian, saya merasa kalau pernyataan itu hendak mengatakan sesuatu atas sifat seseorang terhadap kemungkinan yang lahir sebagai akibat dari peristiwa yang melibatkan dirinya.

Ada dua kemungkinan yang kami munculkan saat kedua saudara itu menolak saya untuk mengantarkan mereka ke bandara. Kemungkinan yang pertama ialah mereka belum yakin akan kemampuan menyetirku. Kemungkinan itu lahir dari saudara-saudara yang lain. Kemungkinan yang kedua ialah mereka tidak mau merepotkan saya. Kemungkinan itu lahir dari diri ku sendiri.

Dari kedua kemungkinan itu saya lebih memilih kemungkinan yang kedua. Bukan karena lahir dari diri ku sendiri, tetapi karena kemungkinan itu membesarkan hatiku. Sementara untuk kemungkinan yang pertama, yang diberikan oleh saudara-saudara sekomunitasku itu, nadanya negatif dan membuat saya jadi berkecil hati.

Saya mengerti kalau komungkinan yang kedua itu bisa saja memotivasi diri ku agar lebih bergiat lagi meningkatkan kemampuan menyetir ku mengingat saya baru saja lulus dari kursus menyetir. Namun refleksi itu lahir kemudian saat saya kembali merenungkan kedua kemungkinan tersebut. Itu artinya, butuh waktu lebih untuk bisa mendamaikan hatiku dengan kemungkinan tersebut. Sementara untuk kemungkinan yang kedua, saya bisa langsung bisa menerimanya karena nadanya jelas-jelas positif dan membangun semangat yang positif juga di dalam diriku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun