Di pekaranganku ada banyak tikus. Mereka berkeliaran begitu saja dengan bebasnya. Sesekali mereka masuk ke dapur untuk menyantap sisa-sisa makanan yang kami tampung dalam sebuah ember.Â
Saya geram melihatnya. Ingin rasanya saya membunuh mereka semua. Namun saya tidak bisa. Hanya satu ekor yang berhasil saya bunuh saat saya melewati gudang yang berisi tumpukan goni serta kardus bekas dan melihat dia terperangkap di dalamnya.Â
Saya pernah bertanya dalam hati, mengapa mereka ada. Mereka hanya membawa penyakit bagi manusia.Â
Namun saat itu kuceritakan kepada salah seorang sahabatku, dia malah menertawaiku. Lalu dia pun berkata, "Tikus ada pada tempat yang kotor."
Sebenarnya saya tersinggung mendengar perkataannya. Namun dia benar dengan apa yang dia katakan. Jika saya tidak ingin ada tikus keluar masuk ke dapurku, maka aku harus menjaga kebersihan dapurku. Tikus tidak pernah salah dengan apa yang dilakukannya. Dia hanya mengira kalau dapurku adalah bagian dari tempatnya, padahal bukan.Â
Sejak saat itu saya rajin membersihkan dapur dan pekaranganku. Dan sejak itu pula, setiap kali saya melihat ada tikus, maka sadarlah aku bahwa tempat itu kotor dan harus segera saya bersihkan. Tikus yang saya benci itu ternyata telah menjadi pengingat bagiku untuk selalu mencintai kebersihan.Â