Mohon tunggu...
Dedy Padang
Dedy Padang Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Sedang berjuang menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana yang sangat baik untuk menenangkan diri dan tidak tertutup kemungkinan orang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Dari Gunungsitoli ke Sibolga, dari Zona Merah ke Zona Hijau

20 September 2020   12:33 Diperbarui: 20 September 2020   12:38 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelabuhan kota Sibolga. (Dokpri.) 

Kalau tidak karena ada kepentingan yang mendesak pasti perjalanan ini tidak saya lakukan. Tetapi situasi memang sangat memaksa ku untuk melakukan perjalanan ini. Saya harus ke kota Sibolga untuk sebuah urusan yang penting.

Yang menjadi kekhawatiran saya ialah terkait dengan penyebaran covid-19. Kota Gunungsitoli, tempat saya tinggal, sudah memasuki status zona merah sementara kota Sibolga masih zona hijau. Meskipun hasil rapid test yang saya lakukan menunjukkan status non reaktif tetapi siapa yang bisa menjamin jika dalam perjalanan tersebut saya tidak terkontaminasi dengan benda atau pun orang-orang yang sterilitasnya terhadap corona belum terjamin. 

Atau kemungkinan lain ialah, saya menjadi penyebar covid-19 kepada orang-orang yang ada di kota Sibolga setelah saya nantinya terkontaminasi. Singkatnya, perjalanan yang saya lakukan memang berpeluang untuk menjadi proses penyebaran virus corona yang semakin mengganas di negeri kita ini. Untuk itu saya sangat hati-hati.

Selama dalam perjalanan saya berusaha keras untuk tidak menyentuh dengan telapak tangan benda-benda yang ada di sekitarku. Saya menyeberang dengan kapal dan saya memesan sebuah kamar. Memang harganya lebih mahal, tetapi saya kira itulah tempat yang lebih nyaman dan lebih menghindarkan ku dari kontak terhadap penumpang-penumpang yang lain.

Saya juga membawa rantangan dan minuman secukupnya sebagai bekal karena penyeberangan memakan waktu satu malam. Saya menghindarkan diri untuk belanja di kantin kapal. Mungkin kesannya saya sangat paranoid, tetapi mencegah dan terus waspada jauh lebih baik dari pada percaya diri begitu saja.

Setelah tiba di pelabuhan kota Sibolga saya tidak segera keluar dari kapal. Saya menunggu agar penumpang yang lain keluar lebih dahulu sehingga tidak menimbulkan perkumpulan atau pun desak-desakan. 

Hal itu juga sangat ditegaskan oleh para petugas. Setiap penumpang diharapkan agar antri dan menjaga jarak. Mereka mengarahkan kami ke tempat pemeriksaan dan masing-masing dari kami mendapat nomor antrian. Meskipun memakan waktu kurang lebih dua jam tetapi saya kira kami tidak terganggu dengan itu. Sebaliknya, hal itu membuat kami merasa nyaman karena aturan tersebut hendak menjamin kesehatan kami bersama.

Setelah menyelesaikan pemeriksaan, saya memesan becak. Tidak beberapa lama kemudian tibalah saya ke rumah tamu yang disediakan bagi. Tetapi sesuai dengan kesepakatan, saya harus isolasi terlebih dahulu dan ini sudah saya perhitungkan sebelumnya. Saya berangkat 14 hari lebih awal dari tanggal yang dimaksudkan bagi kami untuk bertemu.

Saya mengadakan isolasi mandiri. Saya tinggal di sebuah ruangan yang jauh dari teman-teman yang lain. Segala keperluanku pun akan dilayani secara khusus. Mereka akan mengantar dan meletakkan makanan dan minumanku di atas sebuah meja yang berada tepat di depan kamarku. Jika ada keperluan lain saya pun tinggal menghubungi mereka lewat telepon.

Itulah pengalaman perjalanan yang baru saja saya lakukan. Saya akan berada di kota Sibolga ini selama kurang lebih satu bulan dengan catatan dua minggu saya gunakan untuk isolasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun