Mohon tunggu...
Dedy Padang
Dedy Padang Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Sedang berjuang menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana yang sangat baik untuk menenangkan diri dan tidak tertutup kemungkinan orang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Baper

26 Agustus 2020   20:46 Diperbarui: 26 Agustus 2020   20:40 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya tidak menyangka bahwa saya masih suka baper. Bukan suka karena saya kehendaki tetapi tepatnya mudah untuk baper. Saat saya menyadari hal ini sebenarnya saya malu dan berusaha agar orang yang di sekitarku tidak mengetahuinya. Tetapi hatiku langsung menuduhku sebagai penipu karena telah membuat tipuan atas apa yang kurasakan.

Kejadiannya demikian. Di group WA saya dengan teman-teman suka bercanda. Saya merasa bahwa situasi itu menyenangkan. Teman yang satu memunculkan ejekan kepada teman yang lain dan yang lainnya pun turut membalas. Situasi yang demikian memang selalu kami rindukan untuk menyegarkan kembali masa-masa kuliah dulu.

Tetapi hari itu saya baper. Saya diejek oleh seorang teman yang ejekannya itu membuat saya merasa rendah. Sebenarnya saya ingin jujur dengan apa yang kurasakan saat itu namun demi keceriaan teman-teman maka saya bersikap santai saja. Tetapi yang namanya rasa tidak pernah bisa dibohongi. Mungkin berbohong untuk orang lain bisa dilakukan, namun untuk diri sendiri tidak bisa karena semakin dibohongi maka akan semakin mencuat ke permukaan.

Saya tetap melanjutkan obrolan di group WA kami. Tujuannya ialah agar teman-teman tidak tahu bahwa saya tersinggung dengan ejekan salah seorang dari teman. Dan entah kenapa, saat itu saya senang ketika obrolan group selesai lebih cepat dari pada yang biasanya. Barangkali karena saat itu saya sedang tidak enak rasa.

Saya memang berusaha menampakkan diri bahwa saya tidak tersinggung dengan ejekan teman saat ngobrol di group WA tersebut. Namun seperti yang saya katakan, hati tidak pernah bisa dibohongi ketika berbicara soal rasa.

Saya tidak mempersalahkan ejekan dari teman di group tersebut. Saya justru mempersalahkan diriku karena mudah baper. Dalam suasana yang diharapkan melahirkan rasa positif di antara kami ternyata saya justru mengalami rasa negatif.

Tetapi setelah saya merenungkan apa yang kurasakan saya menemukan satu hal yang baik. Bukan maksud hati untuk membela baper yang kualami tetapi saya benar-benar mendapat pelajaran yang menarik saat itu. Sejak saat itu saya pun mulai mengerti bahwa ternyata tidak semua canda itu baik meskipun kehendak hati dari si pembuat canda adalah baik.

Saat saya mulai memikirkan rasa tersinggung yang kualami saya justru bertanya-tanya dalam hati, boleh jadi ada juga di antara teman-teman ku yang tersinggung saat saya memberikan candaan kepada mereka. Kenapa saya begitu egois dengan hanya memikirkan apa yang kurasakan tanpa pernah terbersit dalam benakku tentang apa yang temanku rasakan saat saya bercanda dengannya. Mungkin sama seperti saya, mereka juga akan tetap memperlihatkan ekspresi bahagia namun dalam hati mereka sedih atau tersinggung.

Memang benar apa kata kebanyakan orang bahwa tidak semua hal baik yang kita pikirkan juga berpengaruh baik bagi orang yang ada di sekitar kita. Baik untuk kita belum tentu baik untuk mereka. Namun sebagai orang yang berkehendak baik mestinya harus juga berani memastikan bahwa orang yang menerimanya pun setuju bahwa itu baik.

Itu pelajaran yang pertama. Pelajaran yang kedua ialah sungguh tidak adil jika maksud hati orang adalah baik namun kita tanggapi dengan negatif. Dalam canda yang diberikan oleh teman ku tersebut sesungguhnya adalah baik untukku karena ingin memberi rasa bahagia. Namun saya justru merasa telah dilukai dengan itu. Saya sangat yakin kalau ia berkehendak baik dengan apa yang ia candakan namun ternyata ku terima sebagai yang tidak baik. Saya memang sungguh tidak adil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun