Mohon tunggu...
Dedy Padang
Dedy Padang Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Sedang berjuang menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana yang sangat baik untuk menenangkan diri dan tidak tertutup kemungkinan orang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Masihkah Corona Menakutkan?

3 Agustus 2020   16:35 Diperbarui: 3 Agustus 2020   16:48 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar diambil dari meridian.in.ua

Mungkin takut bukanlah kata yang tepat untuk digunakan sebagai gambaran dari cara atau pun sikap dalam menghadapi suatu masalah, seperti halnya corona. Namun jika takut mendatangkan sikap waspada saya kira tidak ada alasan untuk mengungkapkannya sebagai suatu sikap yang memang bijaksana.

Semuanya berawal dari kota Wuhan. Apakah penyebarannya dimulai dari sana saya tidak tahu. Yang bisa saya pastikan ialah berita tentang pandemi ini berawal dari kota itu. Segera setelah itu, beberapa bulan atau waktu yang lebih dekat lagi dari pada itu, pandemi itu telah menyebar ke banyak Negara di dunia, dan Indonesia adalah salah satunya.

Saat masuk ke Indonesia, banyak orang yang gelisah atau bahkan sangat ketakutan. Saat itu, sulit bagi kita untuk membeli masker atau hand sanitizer karena sudah diburu dan dibeli oleh banyak orang. 

Dan, entah apa yang merasuki hati mereka, ada beberapa pihak yang mengambil kesempatan dalam situasi tersebut. Mereka mencoba memancing di kolam yang keruh dengan menaikkan tinggi-tinggi harga masker dan juga hand sanitizer, dan orang yang melihat harapan untuk bisa hidup aman hanyalah dengan dua benda itu, maka berapa pun harganya, mereka tetap membelinya.

Situasi itu berhenti saat pemerintah mengambil tindakan tegas terhadap pelaku. Ditambah lagi banyak relawan yang melakukan aksi mulia yaitu membagi-bagikan masker kepada setiap orang yang lewat di jalanan. Namun meskipun demikian, pandeminya belumlah berhenti.

Dari laporan pemerintah, pasien selalu bertambah setiap harinya. Ada yang berhasil disembuhkan namun ada juga yang meninggal dunia. Tidak sedikit dana yang dikeluarkan pemerintah untuk penanganannya karena pemerintah mengerti bahwa keluarga yang kurang mampu akan mendapat kesulitan besar jika mereka terinfeksi. Maka diputuskan bahwa semua biaya pengobatan ditanggung pemerintah dan beberapa rumah sakit dijadikan sebagai rujukan pengobatannya.

Namun, situasi tidak menjadi baik begitu saja. Ada banyak yang menduga bahwa beberapa pihak mengambil kesempatan untuk meraih keuntungan dari situasi yang khaos ini, dan kehadiran serta aksi mereka berhasil menambah kualitas kekacauan di dalam pandemi ini. 

Akibatnya kekacauan itu mempengaruhi sikap orang terhadap pandemi ini. Ada yang cuek, ada yang tidak percaya bahwa ini adalah sebuah pandemi yang berbahaya, dan ada juga yang bersikap biasa-biasa saja seperti tidak terjadi apa-apa di Negara ini.

Situasi yang lumayan membingungkan ialah saat pemerintah menyatakan status negeri ini sebagai New Normal. Istilah New Normal banyak dipandang sebagai kembalinya situasi seperti biasa, normal, sehingga banyak aktivitas dilakukan tanpa protokol kesehatan yang memadai, atau bahkan menganggap aneh mereka yang ketat dengan protokol kesehatan. Jika demikian, masihkah corona menakutkan seperti awal mula ia tiba di negeri kita ini? Atau takut adalah sikap yang aneh untuk itu?

Boleh jadi corona memang tidak lagi menakutkan selagi dia tidak menyerang kita atau keluarga kita atau juga kenalan kita. Ia juga tidak lagi menakutkan selagi banyak pihak yang berusaha mengambil kesempatan dalam situasinya yang demikian karena bukan lagi takut yang ada melainkan rasa geram sampai ada pihak yang mengatakan akan memakan corona jika ia benar-benar ada.

Akhir-akhir ini ada berita yang mengatakan bahwa obat corona telah ditemukan, tinggal menunggu hak patennya sebelum diproduksi secara legal. Harusnya itu adalah berita baik karena dengan demikian orang tidak akan lagi merasa khawatir jika corona menyerang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun