Mohon tunggu...
Dedy Padang
Dedy Padang Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Sedang berjuang menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana yang sangat baik untuk menenangkan diri dan tidak tertutup kemungkinan orang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Dia Melayakkanku

11 Agustus 2017   10:29 Diperbarui: 11 Agustus 2017   10:44 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Ku tak mengerti mengapa Tuhan memanggilku. Aku hanya melihat bahwa kini aku sedang melaksanakan salah satu dari tugas perutusan-Nya yaitu kerasulan di sebuah stasi dari Paroki St. Antonius Padua Tiga Dolok. Tentang tugas ini pun aku tidak tahu, apakah ini merupakan suatu keharusan atau hanya semacam praktik biasa untuk memperoleh nilai dari kampus karena  kegiatan ini dikoordinir oleh pihak kampus bahwa setiap frater atau suster tingkat III (Mahasiswa Semester V-VI) mendapat tugas merasul di stasi-stasi. Tempat kerasulannyapun ditentukan oleh pihak kampus.

Meminjam istilah Rasul Paulus, aku melihat bahwa diriku seperti seorang tawanan Roh yang berbuat bukan karena dari diriku sendiri tetapi lebih merupakan inisiatif Roh Tuhan. Semua serasa terjadi begitu saja. Namun walaupun demikian, aku sungguh tidak mampu berpaling dari-Nya.

Saya merasa bahwa tugas perutusan ini lambat-laun semakin memberiku pemahaman bahwa Tuhan sedang memakaiku sebagai alat ditangan-Nya. Ibarat sebuah senter, aku hanya pasrah pada gerakan tangan-Nya untuk menekan tombol On/Off dalam diriku. Itu Dia lakukan untuk membuat diriku menjadi perantara cahaya-Nya bagi sesama. Juga ibarat sebuah pena, aku digerakkan guna menghasilkan suatu goresan penuh makna bagi setiap orang di sekitarku.

Rasanya memang benar, aku ada untuk kelangsungan cinta-Nya pada sesamaku. Namun aku masih bertanya, mengapa aku? Adakah karena aku layak untuk tugas ini?

Setelah lama bergulat dalam tugas perutusan-Nya aku pun mengerti bukan karena harus aku tetapi karena Dia. Aku dipilih bukan semata-mata karena aku layak di hadapan-Nya tetapi karena Dia telah berkenan melayakkan diriku di hadapan-Nya.

Inilah yang tak bisa kupungkiri dalam hidupku saat ini, bahwa karena Dia telah memilih diriku untuk layak menjadi utusan-Nya, bukan semata-mata karena keunggulanku tetapi karena Dia telah melayakkan diriku di hadapan-Nya. Bagiku ini adalah rahmat dan sekaligus salib yang harus kupikul dalam hidupku setiap hari.

Syukur pada Tuhan atas rahmat panggilan ini. Saya tahu, semua yang kualami dalam proses keterpanggilanku ini adalah karena Dia. Dialah inisiatif atas semuanya ini. Dia menghampiriku melalui cara-Nya yang sungguh misteri dan membuatku tak mampu berpaling selain berkata; "Aku ini hanyalah hamba-Mu, terjadilah seturut kehendak-Mu".

Walau ini adalah inisiatif dari-Nya, namun kutahu bahwa Dia sungguh toleransi. Dia memberiku berbagai pengalaman hidup sehingga dari sana saya mampu memberi jawab atas tawaran-Nya. Bahkan dalam mengalami pengalaman itupun aku tak pernah ditinggalkan-Nya. Setiap pengalaman yang kualami menjadi bukti atas hal itu. Sungguh, Dia itu penuh toleransi.

Tak pernah kubayangkan aku akan seperti ini, menjadi orang yang dipanggil untuk bekerja di ladang-Nya. Aku tahu ini bukanlah suatu cita-cita bagiku, melainkan suatu panggilan dari-Nya. Bekerja di ladang-Nya adalah panggilan bagiku. Ke sana saya diperlengkapi-Nya melalui pembinaan di seminari, kuliah di kampus dan mencicipi sedikit kegiatan pastoral yaitu kerasulan, sehingga pada saat proses seleksi tiba saya telah siap berdiri di hadapan-Nya seraya menundukkan diri untuk menerima pengurapan-Nya melalui hamba-Nya Bapak Uskup di keuskupanku.

 Sungguh suatu pengalaman menarik dalam hidupku sebagai seorang yang biasa-biasa saja. Saya diperkenankan untuk melihat dan mengalami apa yang menjadi cita-cita-Nya atau harapan-Nya di dunia ini, yaitu supaya setiap orang mengalami Kasih-Nya dan percaya pada-Nya. Akhirnya untuk semua yang sedang dan akan kualami ini, saya memohon supaya selalu dilayakkan-Nya melalui bimbingan dan berkat-Nya. Inilah permohonan yang tak henti-hentinya kusampaikan pada-Nya, karena saya tahu bahwa tanpa-Nya saya bukanlah siapa-siapa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun