Mohon tunggu...
Dedy Padang
Dedy Padang Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Sedang berjuang menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana yang sangat baik untuk menenangkan diri dan tidak tertutup kemungkinan orang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gadis-gadis Pengharapan

9 Agustus 2017   20:54 Diperbarui: 9 Agustus 2017   21:10 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tidak ada yang tidak kaget ketika receptionist dari Siantar Hotel mengatakan bahwa harga tiket masuk ke kolam renang telah naik menjadi Rp. 15.000. Sebelumnya dengan harga Rp. 6.000 setiap orang bisa masuk untuk menikmati segarnya kolam renang yang dari luar telah terpancar sinarnya yang kebiru-biruan. Namun setelah dijelaskan bahwa Rp. 15.000 itu telah termasuk satu minuman botol soft drink Batak, semua orang pun setuju. Ternyata minuman khas kota Pematangsiantar ini cukup mampu mengobati rasa kaget para tamu yang hendak berenang sepuasnya di kolam nan indah tersebut.

"Tolong tiketnya disimpan baik-baik. Jika seandainya hilang, tidak dapat diganti dan Anda sekalian tidak berhak mendapat minuman Badak", jelas perempuan setengah baya yang belum lama sebagai receptionist di tempat itu.

Di lantai pada pinggiran kolam, ada tiga orang gadis dengan pakaian renangnya yang sensual sedang tidur-tiduran. Keasyikan mereka tidak terganggu dengan kedatangan para pengunjung yang mulai ramai. Sekalipun setiap pengunjung yang datang selalu mengarahkan pandangan pada mereka, tetapi gadis-gadis itu tidak menggubrisnya.

 "Ah, tidak apa-apalah. Yang penting kita bisa mandi. Apalagi ada soft drink Badaknya, dan kita tidak akan rugi. Dari pada kita pindah ke tempat lain, sudah lokasinya jauh dan harganya pun tidak jauh beda. Iya kan?", komentar Dando saat ia bersama dengan kedua sahabatnya mengganti pakaian mereka di dalam kamar mandi.

Kondisi fasilitas dari akomodasi tersebut, tidak banyak yang berubah. Kamar gantinya tetap mengeluarkan bau yang kurang sedap. Lampu atau pun alat penerang tidak ada yang hidup. Hanya satu yang berubah, yaitu shower yang masih bisa digunakan tinggal satu sementara yang lainnya rusak. Ini tetap menjadi kekurangan dari akomodasi yang telah lama berdiri itu. Ada kesan bahwa akomodasi ini lebih sebagai tempat rekreasi dari pada tempat penginapan. Selain kolam renang, disediakan juga featness room bagi mereka yang ingin featness. Ditemani oleh bunyi musik dengan volume yang tidak pelan, setiap orang dapat mencoba semua jenis peralatan featness yang ada.

"Kapan akan kita tukarkan tiket ini, takutnya nanti hilang", kata Bass pada teman-temannya saat hendak meletakkan tas pada pendopo kolam yang tidak jauh dari situ terdapat sebuah kantin dengan ukuran kurang lebih 4x4 meter.. Kantin yang dijaga oleh seorang wanita dengan pakaian seragam putihnya itu berbagai jenis minuman botol yang tidak dilarang pemerintah untuk dikonsumsi, Pop Mie dan jajanan ringan lainnya. Kantin itu juga menyediakan makanan yang tidak siap saji untuk pengunjung yang ingin menghilangkan rasa laparnya setelah lelah berenang.

"Sabarlah. Nanti saja setelah kita rasa cukup lelah berenang. Disimpan saja baik-baik supaya jangan hilang", jawab Andre sambil melakukan pemanasan sebelum melompat ke dalam kolam yang dari tadi telah menanti kehadiran mereka dengan warna birunya yang semakin menggoda ketika diterpa sang mentari. Dengan tekhnik renang gaya dada yang teratur, Andre melompat berenang dari hulu ke hilir kolam. Dia melakukannya tanpa pernah berhenti sementara Dendo dan Bass tidak kuat mengikutinya. Mereka segera beristirahat di pinggiran kolam yang terbuat dari keramik biru laut itu.

"Ayo terus, kok udah istirahat. Sayang uang kita itu kalau gak dinikmati", komentar Andre saat mampir sebentar ke tempat Dando dan Bass beristirahat. Andre pun melanjutkan renang dengan gaya dadanya yang semakin lama terlihat semakin sempurna.

"Apakah dia tidak capek ya? Udah hampir 20 kali ia bolak balik berenang tetapi tidak capek-capek juga", kata Dando dengan tetap fokus pada Andre yang berenang kian kemari. "Kalau dengan gaya dada katanya tidak gampang capek Ndo", jawab Bass sambil memperagakan gaya dada dengan kedua tangannya.

"Hei, kamu lihat tiga cewek itu?', tiba-tiba tanya Dendo pada Bass sambil menunjuk ke arah tiga gadis yang masih terjaga dalam posisinya. "Kalau saya perhatikan, mereka itu cewek yang gak beres. Inikan tempat umum, masa dengan model pakaian renang yang begitu tidur-tiduran di pinggir kolam tanpa merasa terganggu dengan kedatangan para pengunjung yang lainnya. Telentang pulak itu". "Iya. Kayak menunggu pelanggan saja, hehehehe" Jawab Bass sambil memukul lengan kiri Dendo. "Kasihan mereka. Kalau boleh menebak, mereka itu mungkin masih SMP. Kalaupun sudah SMA, mungkin masih kelas satu atau dua begitu", komentar Dendo tenang.

Andre masih asyik dengan gaya renangnya. Sesekali ia berhenti dan membuat tanda ajakan untuk berenang dengan tangganya kepada kedua sahabatnya yang masih duduk di lantai pinggiran kolam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun