Mohon tunggu...
dedi s. asikin
dedi s. asikin Mohon Tunggu... Editor - hobi menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sejak usia muda

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

KH. Hasyim As'arie dan Resolusi Jihad

23 September 2021   07:08 Diperbarui: 23 September 2021   07:14 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hasyim Asy'ari adalah Ulama besar. Pendiri pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur dan organisasi Islam terbesar Nahdatul Ulama. Selain memiliki aqidah yang istiqamah, beliau juga memahami dan menjunjung tinggi nasionalisme dan kebangsaan.

Ingin bukti ?

Karena kejumhuranya sebagai ulama, beliau mendapat julukan Hadratusy Syeckh yang berarti maha suatu kehormatan yang luar biasa.

Sebagai manusia istiqomah hanya menyembah Allah. KH Mohammad Hasyim Asy'ari menolak perintah Jepang untuk melakukan "siekerel" yaitu membungkuk badan kearahh Tokyo dan matahari setiap jam 07.00 pagi. Sebagai seorang muslim beliau haqulyaqin bahwa yang berhak disembah dan dihormati hanya ada satu yaitu Allah ajawazala, bukan manusia seperti kaisar Jepang Hiro Hito.

Karena penolakan itu beliau ditangkap dan ditahan Dai Nippon. Dalam tahanan itu kiyai mengalami penyiksaan dari tentara Jepang antara lain telapaknya dipukul dengan palu.

Tentang Nasionalisme dan rasa kebangsaan yang beliau pegang dan pertahankan salah satunya beliau buktikan yaitu, sebagai Rois Akbar Nahdatul Ulama Hasyim Asy'ari mempelopori  "resolusi jihad" .

Kiyai merasa resah ketika menyaksikan datangnya pasukan tentara sekutu yang didomplengi tentara Belanda. Inggris yang mewakili sekutu bertugas melucuti tentara Jepang yang sudah kalah perang. Sedang Belanda berniat menjajah kembali Indonesia yang sudah memproklamasikan kemerdekaan dua bulan sebelumnya. NU juga kecewa kepada sikap pemerintah yang dinilai "adem ayem" meski tentara sekutu sudah mendarat dan melakukan tekanan kepada rakyat di Surabaya dan Semarang.

Kerena itu NU mengambil sikap dan langkah. Tanggal 21 dan 22 Oktober 1945, sejumlah ulama NU dari Jawa dan Madura berkumpul di markas NU  Bubutan Surabaya.

Tanggal 22 Rois Akbar KH Hasyim Asy'ari mendeklarasikan "Resolusi jihad".

Inti dari pada resolusi jihad itu adalah seruan kepada warga NU dan muslimin lain untuk melakukan jihad melawan penjajah. Hukumnya Fardu ain. Yang gugur dalam perang melawan tentara kafir yang merusak kemerdekaan adalah jihad yang insaallah masuk surga.

Di luar dugaan ternyata ternyata seruan ulama NU itu menyentuh dan membakar semangat masyarakat. Para pemuda, para santri dan pasukan Hizbullah dari berbagai pondok pesantren di Jawa Timur Jawa Tengah dan Jawa Barat berbondong bondong datang ke Surabaya dan Semarang.

Perang dahsyat antara tentara sekutu dengan puluhan ribu santri dan pemuda terjadi di Surabaya dan Ambarawa. Puncaknya terjadi 10 Nopember. Perang besar antara senjata modern vs bambu runcing itu dimenangkan para pejuang Indonesia. Bahkan seorang santri bernama Harun berhasil membunuh panglima tentara sekutu  brigadir jenderal Mallaby.

Siapa sebenarnya KH Hasyim Asy'ari ?

Beliau lahir di Gedang kabupaten Jombang Jawa Timur pada tanggal 14 Februari 1871. Ayahnya Kiyai Asy'arie dan ibunya Halimah. Keduanya berdarah biru dari kerajaan Majapahit yaitu prabu Brawijaya V atau dikenal juga dengan nama Lembupeteng.

Dari dua istri Nyai Nafiqoh dan Nyai Musrorah Hasyim dikarunai 17 putra putri. Seorang diantaranya Wahid Hasyim yang tak lain adalah ayahanda dari Abdurahman Wahid (Gus Dur).

Sejak usia 15 tahun Mohammad Hasyim belajar agama dengan berkeliling nyantri di beberapa pondok pesantren.

Pada tahun 1892, beliau berangkat ke Mekah dan bermukim 7 tahun disana. Di tempat kelahiran dan pusat budaya Islam itu, beliau memperdalam ilmu tentang Islam dari ulama ulama besar antara lain Syekh Ahmad Khatib Minangkabau, Syekh Mohammad Mahfudz at Tarmizi, Syekh Ahmad Amin Al Athar dan lain-lain.

Kembali dari Arab Saudi tahun 1899, beliau mendirikan pesantren Tebuireng di Kabupaten Jombang Jawa Timur.

Kerena jasa jasanya kepada bangsa dan Negara tahun 1964, presiden Soekarno memberinya gelar Pahlawan Nasional.- ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun