Mohon tunggu...
dedi s. asikin
dedi s. asikin Mohon Tunggu... Editor - hobi menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sejak usia muda

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Perang Lawan Covid-19, Cuma Ganti Casing

27 Juli 2021   23:21 Diperbarui: 27 Juli 2021   23:49 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Saya benar-benar ingin ketawa. Kalau banyak orang mungkin bisa ketawa terbahak ramai-ramai. Tapi karena sendirian, terpaksa ditahan di dalam perut.

Apa yang jadi pasal ?  Tak lain dan tak bukan karena pak Luhut Binsar Panjaitan, menyebut kata level 3-4 untuk mengganti kata "darurat" pada operasi PPKM, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat.

Saya teringat pada"bon cabe", itu makanan cemilan. Makanan Itu biasanya dijajakan di warung dengan harga serba dua ribu. Level itu digunakan untuk membedakan tingkat kepedasan cemilan. Level 1O adalah yang paling pedas. Level 3-4 barangkali cuma "seuhah" dengan muka sedikit memerah. Saya tidak ngerti kenapa LBP menggunakan istilah level untuk mengganti kata"darurat". Jadi PPKM Darurat diganti dengan PPKM Level 3-4. Rumus apa yang digunakan,Wallahu alam.

Ternyata tak hanya saya yang terkaget kaget mendengarnya. Banyak juga orang lain yang terkaget kaget. Kata mereka, pergantian istilah ini tak membawa makna signifikan terhadap upaya penanggulangan covid19.  Gerakan menghadang mang Opid itu dimulai dengan kampanye 3M. Memakai masker, Menjaga jarak dan Mencuci tangan.

Kemudian dilanjut dengan istilah PSBB, Pembatasan Sosial Bersekala Besar. Masih belum mempan Berskala Besar diganti Bersekala Mikro.

Ternyata itu mang Opid malah makin menggila. Angka pemaparan bergerak naik bagaikan peluru kendali Israil menyerang Palestina.

Karena  itu, awal Juli lalu presiden Joko Widodo mendeklarasikan operasi baru. Namanya PPKM, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Darurat.

Dalam 17  hari, mulai tanggal 3 sampai 20 Juli 2021, Kordinator operasi, Luhut Binsar Panjaitan, mengaku gagal dan minta maaf. Setelah melapor boss besar operasi PPKM Level 3, 4 itu pun dideklarasikan. Di bawah tekanan publik yang cukup gencar, presiden Jokowi terpaksa hanya berani memperpanjang operasi 5 hari lagi sampai 25 Juli.

Banyak kritik yang muncul. Bahkan di beberapa tempat terjadi unjuk rasa. Publik menolak perpanjangan itu. Pembatasan Kegiatan ketat itu telah membuat  penderitaan tiada tara. Nyaris kelaparan. Soalnya karena kebijakan itu tidak diikuti tanggung jawab pemerintah menjamin kebutuhan masyarakat secara totalitas. Bantuan Sosial yang katanya digelontorkan sangat tidak memadai dan tidak merata.

Orang Sunda bilang mereka itu ibarat "Dikurung teu diawur, dicangcang teu diparaban", lama kelamaan mati dong. Apa bedanya dengan mati diseruduk "kang Empid" gerutu seorang pedagang pasar di Banjar di tengah tengah demo mereka.

Kesimpulan yang dapat ditarik adalah pemerintah belum berhasil mengusir virus ganas itu secara signifikan. Usaha yang dilakukan tak lebih hanya sekedar ganti istilah, "gentos" casing doang. Belum ada senjata yang jitu yang dapat membuat virus lari tunggang langgang bagai demonstran disiram Water Canon. Bahkan vaksinasi juga belum terasa manfaat besarnya. Pemaparan masih terus terjadi. Bahkan ada yang sudah divaksin masih terpapar. Ada juga yang sampai meregang nyawa.

Inalillahi wa Inna ilaihi Raji'un. Kumaha atuh pak Presiden ? .*

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun