Kemarin saya membaca postingan teman saya Nasti Permana di face book. Dia dulu sama-sama wartawan dan pernah bisnis bisnisan bareng. Nana, begitu biasa saya panggil, adalah  aktivis dan pentolan padepokan pencak silat Gagak Lumayung.
Kemarin ia menposting perasaan gerahnya terhadap penggunaan nama "pasukan setan" untuk
TNI yang dikirim ke Papua. Mereka itu 400 orang tentara yang dikirim ke Papua untuk menumpas KKB, Kelompok Kriminal Bersenjata. Rupanya TNI dan Polri gusar terhadap kejahatan kelompok itu. Terlebih setelah seorang jendral mati dibunuh.
Nama "pasukan setan"  itu yang membuat telinga bung Nasti gerah. Menurut dia dimata dan hati siapa pun orang normal  kata setan itu berkonotasi buruk. Kenapa dinamai itu. Siapa yang memberi nama itu. Apa tidak ada nama yang lebih baik, yang tidak gatak telinga orang waras ? Dia juga khawatir nanti ada nama pasukan iblis dan atau nama lain yang menyeramkan.Â
Sejenak saya juga ikut bingung. Juga ikut merasa apa yang ditulis shohib itu.
Ternyata sepertinya banyak orang merasa demikian. Tadi malam kebetulan saya membaca rekaman wawancara wartawan TVONE dengan mantan Panglima TNI jendral Gatot Nurmantyo. Presenter Andromedya secara khusus menanyakan soal hama pasukan setan itu.
Jendral Gatot merasa yaqin nama itu bukan diberikan oleh institusi TNI ataupun Polri. Kemungkinan nama itu datang dari masyarakat yang entah dengan maksud apa. Mungkin sebuah antusiasme sesungguhnya. Sebuah apresiasi yang tidak tepat kata saja.
Menurut Jendral Gatot, pasukan yang yang dikirim adalah pasukan elit Siliwangi dari batalyon 315 yang berbasecamp di Bogor. Pasukan itu telah banyak mengukir prestasi di berbagai medan tempur antara lain operasi Seroja. Jadi menurut mantan panglima, sudah tepatlah pengiriman pasukan itu.
Kembali kepada perasaan nyinyir bung Nasti, mungkin sebaiknya sebutan nama itu tidak diteruskan. Lebih baik diganti dengan nama yang lebih elegan. Enak di telinga dan nyaman di rasa.
Diganti jadi "pasukan Malaikat" juga gapapa kaleee, ya Na ? .- *