Mohon tunggu...
dedi s. asikin
dedi s. asikin Mohon Tunggu... Editor - hobi menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sejak usia muda

Selanjutnya

Tutup

Politik

Haruskah SBY dan AHY Minta Maaf?

4 April 2021   20:32 Diperbarui: 4 April 2021   20:49 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ada gerakan baru dilancarkan politisi partai Demokrat versi KLB Sibolangit. Salah satunya dilakukan jubir kubu itu Muhamad Rachmad. Dia meminta agar AHY dan SBY atau kubunya meminta maaf kepada Presiden Jokowi, Muldoko, dan menteri lain. Menyebut SBY dab AHY telah menuduh Jokowi berada di belakang gerakan politik Muldoko yang  berkolaborasi dengan pentolan demokrat KLB dan  menerima jabatan sebagai Ketum Demokrat.

Ternyata, kata Rachmad, tuduhan itu tidak benar. Terbukti pemerintah diwakili Menkumham menolak permintaan pengesahan KLB Sibolangit. Itu artinya Muldoko bergerak sendiri tidak setahu apalagi direstui Presiden. Karena itu SBY  dan AHY harus meminta maaf.  Mereka sudah suudzon dan bahkan fitnah, kata politikus sempalan demokrat itu.

Benarkah SBY dan AHY telah melakukan apa yang disangkakan ? Memang dari apa yang terdengar dan terlihat indikasi itu ada. Bahkan sebagai mana  kebiasaannya, SBY itu agak emosional dan melankolis. Sampai-sampai dia merasa menyesal dulu sebagai presiden telah mengangkat Muldoko menjadi panglima TNI. Dan malahan minta maaf kepada Allah atas kehilafanya itu. 

AHY sebenarnya tidak terlalu salah. Dia sudah berkirim surat kepada Presiden. Klarifikasi atau tabayyun soal itu. Sayang presiden tidak memberi jawaban klarifikasi itu. 

Diamnya presiden itu justru  yang menyebabkan suudzon itu berkepanjangan. Kubu AHY meneruskan persangkaan tidak baik itu dengan menggunakan logika, apa yang dia dengar kata orang. 

Jadi sebenarnya ada unsur lain yang membuat mereka terus berburuk sangka. Ya nembisunya Presiden itu. Logika dan katanya katanya yang terus diungkapkan kubu AHY. Manusiawi sebenarny . Cuma implikasinya memang tidak baik. Menyiratkan gonjang ganjing dan kegaduhan. Persatuan dan kesatuan serta kehidupan demokrasi juga terancam memburuk.

Sampai akhirnya terbukti pemerintah menolak pengesahan kubu KLB. Logika orang pun  segera berkesimpulan bahwa selama ini pemerintah terutama presiden tidak "pipilueun" kepada zigzagnya Muldoko sang KSP itu.

Itu pun pasti disadari oleh SBY dan AHY. Sekadar memuji dan berterima kasih kepada pemerintah pemerintah khususnya kepada Menkumham sudah mereka lakukan.

Tapi menurut banyak orang, Muldoko itu tidak cukup. Mereka harus minta maaf kepada Presiden, Muldoko dan Menteri lain seperti Menkumham dan Menkopolhukam.

Sebagai orang intelek, sebagai perwira dan sebagai orang muslim sesungguhnya sebaiknya itu dilakukan. Menyadari kekeliruan itu bukan sebuah aib. Itu terpuji dimata orang. Juga dimata Tuhan. Insyaallah.

Sesungguhnya Islam telah mengajarkan tentang buruk nya perbuatan suudzon. Surat Al Hujuraat ayat 12 mengingatkan kita bahwa biasanya terjadi perbuatan berkait berkelindan, beriringan antara suudzon, tajassus dab ghibah. Biasanya setelah suudzon orang suka mencari cari kesalahan orang lain (tajassus) dan terus menggunjing/menyebar kesalahan orang (ghibah). Ketiga rangkaian  perbuatan itu merupakan dosa. Tengok lah pula hadits riwayat Tarmizi ; "Muslim itu bukanlah seseorang yang suka mencela, melaknat, berkata jelek tentang orang lain".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun