Dulu ketika belum ada pandemic, kami sejumlah wartawan dan aktivis publik sering terlibat diskursus. Tentu saja diskusi tidak resmi, tanpa nama, tak ada keynote speaker, juga tanpa moderator. Ini diskusi warung kopi. Sebagai orang paling tua, saya sering ditanyai pendapat tentang sesuatu masalah yang sedang tuning atau berkembang di tengah tengah masyarakat.Â
Ada satu hal yang lumayan menarik yang pernah kami diskusikan satu atau dua tahun lalu. Ada pertanyaan teman, kenapa negeri kita ini gaduh terus. Kenapa republik ini gonjang ganjing saja. Â Coba akang bikin kajian.
Permintaan teman yang usianya jauh dibawah saya tidak saya penuhi. Saya menjawab bahwa saya tidak memiliki kapasitas untuk membuat sebuah kajian. Apa lagi kajian ilmiah. Itu mah pekerjaan para akhli, para peneliti atau akademisi. Â
Saya ini hanya seorang "koranisi" . Kerja saya hanya mendengar, mencatat dan menuliskan dalam bentuk berita. Ilmu bikin berita mah sudah akang miliki sejak awal menjadi pekerja jurnalistik tahun 1967 dulu. 5 W dan 1 H. Semua wartawan harus paham rumus itu.
Sebulan lalu desakan membuat kajian itu muncul lagi. Karena musim pandemic tentu saja bukan di warung kopi. Tapi melaui daring.
Waktu itu baru pecah kasus kudeta partai Demokrat. Lalu muncul lagi kasus impor beras dan garam. Eh kemarin pecah lagi peristiwa bom di Makasar dan kemudian serangan bunuh diri ke markas besar Polri.
"Akang bikinlah tulisan tentang Negeri gonjang ganjing ini. Tak usah ilmiah lah. Â Kajian ecek ecek sajalah" begitu tulis seorang adik saya melalui on line ke HP saya. "Iya akang pan sudah 54 tahun jadi wartawan" timpal WA yang lain.
Yah apa boleh "buntet" kalau begitu.
Kalau menurut akang, ada beberapa penyebab. Salah satunya karena kita sudah memilih sistim kenegaraan kita sebagai negara demokrasi. Padahal sebagai negara Besar ke 4, kita ditakdirkan memiliki aneka keragaman yang luar biasa. Penduduk kita yang pada akhir 2020 tercatat ada 271.349.889 jiwa tersebar di 17.491 buah pulau. Kita memilik 1341 etnis atau suku bangsa dan 748 bahasa induk.
Logika banyak otak dan kepala yang berbeda pasti banyak pikiran dan keinginan  yang berbeda. Sementara demokrasi kita membolehkan semua orang menyampaikan pikiran dan pendapat .
Ingin tahu ribetnya urusan "loba omon" itu mempengaruhi tatanan pemerintahan?Â