Mohon tunggu...
dedi s. asikin
dedi s. asikin Mohon Tunggu... Editor - hobi menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sejak usia muda

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hasrat Dagang Pak Jendral

25 Februari 2021   14:43 Diperbarui: 25 Februari 2021   15:15 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ternyata syahwat pak jendral tak hanya pada politik, tetapi juga pada bisnis. Ada juga yang dua duanya sekalian. Politik ok, bisnis mangga. Setidaknya ada dua jendral yang suka kedua duanya. LBP alias Luhut Binsar Panjaitan dan Prabowo Subianto.

LBP selain pengusaha juga pejabat tinggi negara. Jabatanya sekarang cukup elok , Menko Maritim dan Investasi. Ia memulai bisnis tahun 2004, dua tahun setelah purna tugas dari TNI. PT Toba Sejahtera yang didirikannya awalnya berkiprah di sektor usaha pertambangan batu bara. Belakangan berkembang ke sektor perminyakan dan gas, perkebunan dan kelistrikan. Kini tercatat ada 16 perusahaan yang tergabung dalam Toba Sejahtera grup.

Jendral asal Sumatra Utara itu sekarang termasuk jendral konglomerat. Kekayaan pribadinya menurut data LHKPN tahun 2015 mencapai Rp.660,- milyar lebih.

Prabowo Subianto memulai usaha dengan membeli pabrik kertas PT Kiani Kertas di Makajang Kalimantan Timur. Nama Kiani Kertas diganti menjadi Kertas Nusantara dan membawahi 27 perusahaan di dalam dan di luar negeri tergabung dalam Nusantara grup. Ada perkebunan (kelapa sawit) pertambangan dan perikanan laut.

Prabowo merupakan jendral terkaya di Indonesia. Pundi pundinya telah mencapai 1,9 trilyun. Itu menurut data LHKPN 2019. Prabowo juga terjun ke dunia politik dengan mendirikan partai Gerindra. Sekarang ia menjabat Menteri Pertahanan dalam pemerintahan Jokowi jilid 2. Konon ia juga masih mengincar jabatan RI 1 di Pilpres 2024.

Jendral lain meneruskan karirnya sebagai Direktur atau komisaris perusahaan besar swasta maupun BUMN. Ada Joko Santoso mantan Panglima TNI 2005-2007. Ia sempat menjadi komisaris PT Adaro. Setelah sempat jadi Menkopolhukam pada kabinet SBY jilid 2 (2009-2014), ia kembali menjadi Komisaris Utama PT Chandra Asri Petrochemical grup Barito Pasifik milik Prayogo Pangestu.

Lalu ada Endriartono Sutarto juga mantan Panglima TNI. Ia sempat menjadi Komisaris Utama Pertamina sebelum kemudian keluar dan menjadi Presiden Komisaris Bank Pundi milik Hari Tanusudibyo.

Jendral Agus Suhartono mantan panglima TNI menjadi Komisaris Utama PT Tambang Batu Bara Bukitasam di Muara Enim Sulsel. Subagyo Hadi Siswoyo mantan Kasad Komisaris PT Berau Coral Energy.

Kiki Sanakri mantan Wakasad jadi Komisaris Utama Bank Artha Graha. Letjen Nono Sampono Presiden Direktur PT Kapuk Naga, pengembang lahan reklamasi di pantai Jakarta Utara.

Jauh sebelumnya tercatat beberapa jendral yang mencoba peruntungan di dunia bisnis. Di deretan jendral tua ada jendral Soemitro, Brigjen Herman Saren Sudiro, Brigjen Akub Zaenal, Letjen KKO Ali Sadikin, Letjen Kemal Idris, Letjen Cokropranolo, Jendral Widodo mantan Kasad 1978-1980.

Letjen AM Hendropriyono, Jendral Fachru Razi, Jendral Polisi Bimantoro, Marsekal Udara Sri Mulyono Herlambang. Letjen Suhardiman dan beberapa lainnya.

Pertanyaan kenapa mereka masih berminat bisnis atau bekerja setelah pensiun. Jawaban Jendral Fachru Razi mungkin bisa mewakili. Katanya untuk menghilangkan rasa suntuk dan agar sehat serta tidak pikun. Hal lain ya untuk menambah pendapatan. Uang pensiun itu kecil. Menurut Fachru pensiun dia sebagai jendral hanya Rp. 4,5. Sedang gaji komisaris perusahaan lumayan besar.

Ingin tahu gambaran penghasilan sebagai komisaris perusahaan? Ada sedikit data, terutama komisaris di BUMN. Pertamina misalnya, gaji komisaris berkisar antara Rp.150 sampai Rp.170 juta. Selain itu mereka juga dapat bonus/tantiem.

Tapi besarnya tergantung kinerja perusahaan. Syaratnya minimal hasil audit menunjukan WDP (Wajar Dengan Pengecualian). Lebih utama yang WTP (Wajar Tanpa Pengecualian), dan jangan ada trend rugi.

Besaran bonus/tantiem Pertamina tahun 2018 adalah Rp.661 milyar. Dibagi menurut haknya antara 11 direksi dan 6 komisaris rata-rata mendapat Rp.3,2 milyar. Tapi sekali lagi jumlah ini tidak konstan. Tergantung kinerja perusahaan. Besaran masing-masing BUMN juga tentu tidak sama. Menurut data, yang terkecil adalah bank BTN.

Di perusahaan swasta tentu saja bervariasi tergantung besar kecilnya perusahaan. Aturan dasarnya ada UU tentang Perseroan Terbatas. Tapi secara kebetulan jendral jendral kita dapat jobnya di perusahhan besar.

Menurut dua orang pengamat militer Muriadi dan Prof. Salim Said, secara umum para jendral itu tidak sulit diterima di perusahaan. Kebanyakan perusahaan yang membutuhkan mereka. Bahkan ada yang inden. Pesan duluan. Bukan prestasi prestasi amat. Lebih kepada untuk kenyamanan dan keamanan. Maklum ada pak jendral disitu. Urusan lebih gampang dan cepat selesai.- ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun