Mohon tunggu...
dedi s. asikin
dedi s. asikin Mohon Tunggu... Editor - hobi menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sejak usia muda

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

ASN Bakal Disunat?

24 Januari 2021   10:55 Diperbarui: 24 Januari 2021   11:09 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Minat jadi ASN (dulu mah Pegawai Negeri namanya) masih tinggi. Bahkan sangat  tinggi.  Setiap ada kesempatan dibuka, yang melamar lebih dari 10 x jumlah lowongan yang diperlukan.  Tahun 2019, untuk mengisi lowongan 197 ribu formasi, yang melamar ada 4 ,1 juta lebih.  Bukan main.

Kenapa jabatan aparatur sipil itu magnitnya begitu membetot   ?  Bisa jadi karena gaji yang tiap bulan diterima walaupun ngantornya tempo-tempo.

Kerjanya tidak terlalu memeras keringat, punya pensiun dan jangan salah, sosial standing alias gengsi lumayan tinggi .

Tapi jangan salah pemerintah berniat mengurangi jumlah ASN. Rencana itu beberapa kali diisyaratkan Menpan RB. Cahyo Kumolo. Juga Kepala BKN Haria Wibisana.  Emang ASN sudah kelebihan ? Berapa sesungguhnya jumlah ASN yang ideal ?

Menurut data yang ada di BKN, jumlah ASN tahun 2020 ada 4.286.918. Setara 1,7 % dari jumlah penduduk.  Artinya setiap 1000 penduduk dilayani 17 orang ASN. Tak ada seorangpun yang berani menyebut berapa jumlah ratio ASN terhadap jumlah penduduk. Dulu waktu jadi Menpan RB, Yudy Crisnandy menyebut angka 1,5 %.

Menilai angka ideal ASN harus dilihat dari : Pertama, apakah pelayanan publik sudah baik ? Kedua, apakah NKRI tidak terusik dan kokoh kuat ?  Dan ketiga, apakah pembangunan berjalan dengan baik? Itulah fungsi dan tugas utama ASN, pelayanan publik, mempererat persatuan dan kesatuan serta  mensukseskan pembangunan.

Lalu kenapa ASN mau dikurangi ? Pertama, pemerintah mau mencoba mengalihkan tenaga manusia ke teknologi. Salah satunya instrumen komunikasi online. Work From Home, di masa pandemic, nanti dievaluasi berapa besar pengaruhnya terhadap kemungkinan pengurangan ASN secara fisik.

Pemerintah juga berancang-ancang mau menggunakan robot menggantikan manusia. Presiden Jokowi ingin mengalihkan tenaga manusia ke sektor wira usaha. Hal seperti itu sudah dilakukan Vietnam dan Thailand. Ratio ASN terhadap jumlah penduduk di Vietnam hanya 0,31 %  dan di Thailand 0,55 %.

Secara substantif itu ide bagus. Cuma harus dilakukan pengkajian yang amat sangat mendalam.Terutama menyangkut relokasi dan restrukturisasi ASN. Mungkin harus terjadi mutasi antar instansi dan lembaga. Dan yang terpenting adalah menyiapkan lahan untuk pengalihan tenaga manusia terutama para melineal pencari kerja.  Ini bukan pekerjaan ecek ecek. Itu pekerjaan yang  memerlukan kecermatan tinggi dan otak brilian. 

Dan yang harus jadi prioritas adalah  bagai mana menarik minat dan semangat mereka anak muda  mengolah sumber daya alam agro dan maritim, sesuai jati  diri bangsa. Itu tak hanya menyangkut masalah teknis tapi yang lebih berat lagi masalah psikologis.  Sekarang ini sudah hampir tidak ada lagi kaum muda yang berhasrat jadi petani atau nelayan.

Berapa jumlah pengurangan yang ideal ? Pasti belum bisa diperoleh. Menpan RB pernah menyebut 1,6 juta. Tapi belakangan diralat lagi. Ia lalu menyebut ASN sekarang kebanyakan tenaga administrasi yang tidak memerlukan pendidikan khusus. Sekarang ini jumlah tekmin ada 40 %. Ke depan harus dikurangi. Rekruitmen ASN,  kalau ada harus lebih diprioritaskan  mengangkat tenaga keahlian untuk mengisi jabatan fungsional seperti guru, tenaga kesehatan, penyuluh, peneliti dan berbagai tenaga keahlian lainnya.

Cekak aos alias dulpeun nya para melineal harus bersiap siap beralih minat dari ambtenaar ke intrerveneur .*

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun