Mohon tunggu...
dedi s. asikin
dedi s. asikin Mohon Tunggu... Editor - hobi menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sejak usia muda

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Jokowi Raja Utang?

19 Januari 2021   14:51 Diperbarui: 19 Januari 2021   15:40 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Utang kita semakin membengkak ? Banyak orang rikuh alias bete bin prihatin  menghadapi kenyataan ini. Presiden RI ke 6 Susilo Bambang Yudoyono termasuk yang mengkhawatirkan keadaan ini. Menurutnya, utang kita sudah tidak aman. Akhir tahun 2020, utang kita sudah mencapai Rp. 5.901,1 trilyun atau 38,13 % dari Product Domestic Bruto (PDB). SBY tahu bahwa Menteri Keuangan Sri Mulyani pasti menjawab,  itu masih aman. Memang benar dalam UU 16 2003 tentang keuangan,  batas negara boleh menarik utang sampai 60 % dari PDB.

Tapi bukan itu persoalannya, kata mantan Ketum partai Demokrat itu. Yang jadi persoalan adalah bagai mana kita bisa membayar utang itu. Mungkin tahun 2021 ini ratio bayar utang pada APBN mencapai 40 % Itu utang negara saja. Kalau ditambah utang BUMN rationya sudah mencapai 72 % lebih. Jangan lupa BUMN itu negara punya. Suatu saat harus menjadi tanggung jawab negara juga.

Untuk bayar bunganya saja terpaksa harus cari utang baru. Akhir tahun 2021, diperkirakan ratio utang kepada PDB mencapai 41,1 % karena tahun ini diperkirakan negara akan cari pinjaman sekitar Rp. 1.650  trilyun.

Ekonom Indef (Institute for Development Economic and finance)  Didik J Rachbini, sampai-sampai menjuluki Jokowi "SI RAJA UTANG". Memang pemerintahan Jokowi selama 6 tahun berkuasa telah berhasil menarik pinjaman   mencapai Rp.3.148,09 trilyun.  Ini rekord dalam hal menumpuk utang.

Tapi komentar para ekonom itu segera disergah Sri Mulyani.

Menurut Ani utang itu (maksudnya tahun 2020) untuk menyelamatkan nyawa manusia dari kematian karena pandemic covid 19 serta economic recovery.

Katanya, hampir semua negara terutama yang berdampak covid melakukan banyak pinjaman. Bahkan ada negara yang membuat utang sampai 100 % dari PDB.

Ani tidak risau jika kenyataan menunjuk Indonesia pengutang paling besar di seputar Asia Tenggara. Bahkan tingkat ke 7 diantara negara di dunia.  Utang Indonesia tahun 2020 $ 402,08 milyar. Memang jauh di bawah Cina yang menempati nomor punggung 01 dalam balapan utang, dengan  $ 2,1 trilyun .

Sri Mulyani kemudian nyerocos tentang rencana kerjanya menyelamatkan nyawa manusia dari serangan covid 19 serta upaya mengcover pertumbuhan ekonomi.

Yang menarik adalah spekulasi Ani yang memprediksi pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 4,5 sampai 5,5 % tahun 2021 ini. Padahal dia sendiri mengakui tentang ketidak pastian kondisi  sekarang ini

Prediksi itu segera dikomentari Rizal Ramli. Menurut ekonom senior dan Menkeu era Gus Dur, itu pembohongan. Itu mah  angin surga doang katanya.  Tidak masuk akal, wong tidak ada covid aja pertumbuhan ekonomi itu  nyungsep di angka 5 %

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun