Mohon tunggu...
dedi s. asikin
dedi s. asikin Mohon Tunggu... Editor - hobi menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sejak usia muda

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Jokowi dan Pangeran Batu Bata

16 Oktober 2020   00:07 Diperbarui: 16 Oktober 2020   00:27 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Waktu-waktu senggang saya suka nonton sinetron yang tayang di sebuah station TV. Sinetron itu berjudul Putri untuk Pangeran. Itu menceritakan seorang pemuda bernama Pangeran cinta mati kepada seorang gadis namanya Putri. Cinta habis itu. Bukan cinta setengah mati, itu cinta full. Demi kamu matipun aku mau.  Begitu kira-kira tamzilnya.

Tapi tatakrama bercinta Pangeran tidak disenangi Putri. Ia terkesan egois. Memaksakan kehendak maunya sendiri. Bahkan sering berlaku kasar. Karena itu meski sang Pangeran cakep, Putri tak serta merta menyambut cinta Pangeran. Bahkan karena kesal pada egoisme si cakep, Putri menjuluki Pangeran itu si Batu Bata. Laki-laki yang hatinya sekeras batu bata. Kalau kena benturan benda pasti kepala bencur.

Mohon maaf, lewat tusukan jariku pada toets huruf di handphoneku aku ingin menasihati pak Jokowi , janganlah keras hati seperti sang Pangeran itu. Aku tahu pak Jokowi cinta mati juga pada rakyat. Tapi jangan egois. Jangan keras seperti batu bata. Nanti bapak bisa kehilangan cinta dan ditinggalkan rakyat. Bapak gak mau kan ?

Karena itu kendurkanlah keinginan bapak untuk menerapkan UU Omnibus itu. Rakyat jelas tidak mau dengan regulasi baru. Bapak gak perlu berpikir bahwa 2 juta rakyat yang demo itu tidak representatif mewakili 270 juta penduduk . Bapak tahu pak Harto terpaksa turun hanya didemo sekitar 100 ribu orang ? Tidak semua orang yang hatinya kecewa lantas bareng-bareng beringas. Ada yang berharap dihati, ada yang berdoa biar turun solusi dan hidayah gusti. Begitu pak Jokowi.

Saya ingin mencoba menggelitik hati bapak dengan cerita luluhnya hati pak SBY. Beliau itu Jendral. Manggul bedil 30 tahun. Jadi pejabat negara 15 tahun termasuk jadi Presiden 10 tahun.

Tapi itu Jendral ternyata hatinya lembut. Tidak kaya Pangeran dalam sinetron itu.

Tahun 2014 atas desakan berbagai elit, Presiden bersama DPR mengesahkan UU NO 22 tahun 2014. Dengan UU itu pemilihan Kepala Daerah (Gubernur/Bupati/Walikota ) dilakukan oleh DPRD. UU itu ditentang habis oleh masyarakat. Mereka mau pilkada itu tetap dipilih langsung oleh rakyat. Dan seperti dikisahkan pak Mahfud MD (MENKOPOLHUKAM), dalam pesawat menuju Amerika, melihat demo di tanah air, pak SBY yang tentara profesional itu wallahu alam meneteskan air mata seraya mendesah "saya akan bersama rakyat".

Masih menurut cerita pak Mahfud, begitu kembali ke Jakarta beliau cabut itu UU seraya menerbitkan Perppu dan mengembalikan pilkada langsung kepada rakyat.

Dan pak SBY kembali bersama rakyat  sampai ujung pengabdiannya.

Saya sungguh percaya nawaitu pak Jokowi baik. Bahkan insaallah mulia. Ingin mensejahterakan rakyat dengan Omnibus Law itu.

Tapi rakyat ragu asa itu bakal jadi kenyataan. 

Dalam agama Islam ragu itu disebut subhat.  Konon ada hadits yang mengatakan subhat itu ibarat berdiri di tepi jurang salah-salah bisa  terjerumus masuk jurang. Wallahu alam bissawab.

Pak Jokowi kembalilah kepada rakyat. Batalkan saja itu Omnibus Law yang yang penuh penumpang. Kita jalani pahit getir bersama sama. Agar kunjungan bapak, agar blusukan bapak disambut dengan sukacita. Bukan unjuk rasa.- ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun