Mohon tunggu...
dedi s. asikin
dedi s. asikin Mohon Tunggu... Editor - hobi menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sejak usia muda

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Wartawan Hebat: Bung Tomo, Merdeka atau Mati

15 Oktober 2020   23:04 Diperbarui: 15 Oktober 2020   23:16 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebenarnya orang tuanya mampu, karena bapaknya pak Kartawan bekerja di Kotapraja Surabaya sementara ibunya menjadi agen perusahaan mesin jahit. Namun Soetomo ingin mandiri dan lepas dari beban orang tua. Ia mulai berjualan koran. Tidak dinyana berdagang surat kabar itu menarik minatnya untuk menjadi wartawan. 

Dalam usia 17, tahun ia menjadi wartawan Soeara Oemoem di Surabaya. Setahun kemudian karir jurnalistiknya naik menjadi redaktur mingguan Pembela Rakyat. Lalu menjadi wartawan dan penulis pojok harian  berbahasa jawa Express. Selanjutnya 3 tahun kemudian ia menjabat Kepala Perwakilan LKBN Antara Jawa Timur berkedudukan di Surabaya.

Pada waktu pemerintah pendudukan, Jepang ia menjadi wartawan Kantor Berita dan Radio Domei milik pemerintah Jepang.

Ia juga aktif di kepanduan KBI. Aktivitasnya di kepanduan, menumbuhkan rasa persatuan dan kebangsaan. Ia juga mulai aktif di organisasi kemasyarakatan dan politik.

Pada tahun 1944, ia terpilih menjadi anggota Gerakan Rakyat Baru dan pengurus Pemuda Republik Indonesia.

Tahun 1950, ia diangkat  menjadi Menteri Urusan Bekas  Pejuang Bersenjata/Veteran dan Menteri Sosial Ad Interim pada Kabinet Burhanudin Harahap.

Pada kurun waktu itu, darah dagingnya sebagai wartawan sempat menggelegak dan memicu keberanian mengkritik Presiden Soekarno. Pasalnya ketika itu Bung Karno hendak membatasi kebebasan Pers dengan melarang wartawan memberitakan hal-hal negatif tentang pejabat dan pemerintahan.  

Jiwa kritisnya terus berlanjut ketika pemerintahan sudah beralih dari Presiden Soekarno kepada Presiden Soeharto. Ia sering mengkritik Soeharto karena pemerintahannya mulai otoriter.  Akibatnya tahun 1978 ia ditangkap dan ditahan selama 1 tahun

Ia baru dilepas setelah istrinya berkirim surat langsung kepada Presiden Soeharto dengan menceritrakan peran Bung Tomo dalam perang melawan tentara sekutu di Surabaya. Rupanya surat itu berhasil menyentuh hati nurani Soeharto.

Tapi konflik itu  membuat Soeharto tidak  mengangkatnya menjadi pahlawan nasional meski banyak yang mengusulkan.  Gelar pahlawan nasional baru diberikan Presiden SBY tahun 2006.

Sang pahlawan berpulang kerakhmatullah tgl 7 Oktober 1981 ketika sedang menjalankan ibadah haji di Padang Arafah.- ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun