Mohon tunggu...
Dede Rudiansah
Dede Rudiansah Mohon Tunggu... Reporter | Editor | Edukator

Rumah bagi para pembaca, perenung, pencinta kopi, dan para pemimpi yang sempat ingin hidup abadi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Legenda Batu Besar Cengal, Bagian 5: Pemimpin Pedukuhan dan Pendeta Adat Baru

19 Mei 2025   19:17 Diperbarui: 19 Mei 2025   19:53 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagian 5: Pemimpin Pedukuhan dan Pendeta Adat Baru

Sudah sepekan berlalu sejak kepergian pemimpin pedukuhan dan pendeta adat Cengal ke Kuningan. Pedukuhan Cengal kembali menjalankan kehidupan seperti biasanya. Batara dan Dahayu kini mulai terbiasa dengan rutinitas barunya sebagai pemimpin pedukuhan dan pendeta adat.

Sementara itu, di malam keberangkatan dua pemimpin pedukuhan Cengal ke Kuningan. Tanpa sepengetahuan Dahayu sang ayah berkunjung ke rumah pemimpin pedukuhan Cengal. Di sana ia berdiskusi cukup intens bersama pemimpin pedukuhan dan juga Batara.

Dari diskusi ini Batara mengetahui bahwa dua pembesar dukuh itu akan dihadapkan pada kemungkinan paling buruk di Kuningan. Jika pun mereka selamat, mereka dapat dipastikan tidak akan mudah kembali lagi pulang ke pedukuhan Cengal.

"Batara, siang tadi rama sudah melantikmu menjadi pemimpin. Kamu sekarang pemimpin pedukuhan. Hitam putihnya penduduk itu bergantung padamu. Jadi apa pun yang terjadi kamu harus tetap teguh pada ajaran adat kita." kata ayah Batara ke anaknya itu. "Paham?"

"Paham rama." jawab Batara tegas sambil membalas sorot mata ayahnya yang menyala.

Di momen ini juga ayah Dahayu menitipkan anak semata wayangnya kepada Batara. Dahayu diketahui tidak mempunyai saudara, sementara ibunya telah lama meninggal. Jika sang ayah tidak kembali lagi maka dapat dipastikan Dahayu akan tinggal seorang diri.

"Baik paman. Aku akan menjaga Dahayu seperti menjaga saudara kandungku sendiri," kata Batara tegas dan sedikit bergetar. Menerima mandat seorang ayah untuk menjaga anak gadisnya tampak sama beratnya dengan mandat meneruskan kepemimpinan pedukuhan.

"Engkau tahu konsekuensinya, nak?" tanya ayah Dahayu. Batara mengangguk. "Seorang pemimpin pedukuhan tidak boleh mempersunting atau berkeluarga dengan pemimpin adat Hindu," jawab Batara.

Mendengar jawaban Batara itu sang pendeta tersenyum lega. Ia bisa meninggalkan sang anak dengan tenang. Ia berpikir selama sang anak berada di jalan aturan adat semuanya akan baik-baik saja. Sementara itu sinar mata Batara tampak getir, namun itulah sorot mata seorang pemimpin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun