Mohon tunggu...
DW
DW Mohon Tunggu... Freelancer - Melihat, Mendengar, Merasa dan Mencoba

Setiap Waktu adalah Proses Belajar, Semua Orang adalah Guru, Setiap Tempat adalah Sekolah

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Mengelola Kebocoran Emosi

11 November 2019   23:22 Diperbarui: 13 November 2019   23:10 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Emosi karena dikejar tenggat waktu pekerjaan. (ilustrasi: freepik.com

Ekspresi ini tidak salah, hanya tidak tepat. Ketika kita meng-kambing hitamkan orang lain dan keluarga, dengan harapan dimengerti bos (tapi bicaranya bukan dengan bos), ini bukan sesuatu yang bijak.

"Situ mah enak, nulis doang, coba situ jadi sayah..", situmah enak kalau lembur dibayar lebih, lah kita..?"

Ya mungkin umpatan seperti itu bisa terlontar dari mulut kita, ketika ada filsuf yang mengeluarkan kata-kata bijak.. dan saya bukan filsuf lho.. saya mencoba mendudukan kita dari kacamata kita sebagai karyawan dan bagian dari tulang punggung keluarga. 

Kebocoran Emosi

Setiap dari kita adalah anak dari seorang Ibu, setiap dari kita adalah suami/istri dari pasangan kita, setiap dari kita adalah ayah/ ibu dari anak-anak kita. 

Apakah kita mau orang terdekat kita melihat dan merasakan apa yang kita kerjakan membuat kita tertekan? apakah anda sanggup bercerita ke pasangan anda, kalau perusahaan anda telah membuat anda tertekan karena pekerjaan yang gak habis-habisnya?

Jika iya, kira-kira apa respon pasangan anda? Apakah ia meminta anda sabar, meminta anda resign atau meminta anda melawan?

Rumah (keluarga) adalah tempat kita pulang, tentu kita tidak ingin membuat keluarga kita gusar dengan perilaku kita. Ketika anda masuk rumah, anda bawa muka ketus anda masuk ke dalam, anak anda belum mengerjakan PR, lalu anda menghardiknya..

Anda bukan hanya menghukum perusahaan yang memberikan anda tugas, tapi anda menghukum keluarga anda. Tujuan kita bekerja adalah mereka. Lalu anda bertindak sebagai apa? Korban?

Kebocoran Emosi wajar terjadi, kita bisa dengan mudah terbawa emosi jiwa, namun mari sama-sama kita perbaiki sikap, bahwa jangan sampai kebocoran emosi ini sampai berimbas ke keluarga kita. Kita yang paling tahu bagaimana melepaskan diri dari emosi, beberapa kisah orang sukses diluar sana memiliki ritual yang aneh.'

Ada yang ketika tiba di rumah tidak langsung masuk rumah, tapi mendekat ke pohon lalu mengusapkan tangannya ke pohon, seolah ia menitipkan masalahnya di pohon itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun