Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Balap Artikel Utama

Hasil MotoGP Inggris 2021: Dua Faktor Krusial Bikin Happy Ending

30 Agustus 2021   00:47 Diperbarui: 31 Agustus 2021   08:01 1247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tiga pengisi podium MotoGP Inggris 2021 (29/8). Sumber: Akun media sosial resmi Twitter MotoGP

MotoGP 2021 sudah berlangsung di seri ke-12. Balapan digelar di Sirkuit Silverstone, Inggris. Dan, terlihat bahwa balapan berlangsung dalam cuaca mendung.

Jalannya balapan kemudian diawali dengan start bagus dari Pol Espargaro. Adik Aleix Espargaro ini berhasil memimpin balapan sesuai posisi start-nya. Ini adalah pemandangan yang bagus, karena baru kali ini Pol berhasil mengarungi kualifikasi dengan sangat bagus bersama Repsol Honda, yaitu pole position.

Entah terkait atau tidak, keberhasilan Pol mencapai pole position pertamanya bersama Honda, seperti membuat Marc Marquez ingin turut segera tampil beringas sejak awal balapan. Sayangnya, ini menjadi bumerang negatif, karena dia malah mengalami kecelakaan dan menyeret rookie fenomenal, Jorge Martin.

Baca juga: Ducati Diselamatkan Rookie

Marc Marquez buat kesalahan fatal yang merugikan dirinya dan Jorge Martin. Sumber: via Motogp.com
Marc Marquez buat kesalahan fatal yang merugikan dirinya dan Jorge Martin. Sumber: via Motogp.com

Itu adalah kecelakaan keempat Marc Marquez sejak seri ketiga di Portimao, Portugal. Melihat seri yang tersisa tinggal lima balapan lagi, sekaligus melihat konsistensinya Quartararo, maka peluang Marquez untuk mencoba meraih gelar juara dunia di akhir musim sudah hilang.

Secara matematis, Marc hanya akan sampai maksimal pada angka 184 poin, jika dia berhasil memenangkan 5 seri tersisa. Dan, ini adalah pekerjaan yang luar biasa sulit.

Marc Marquez minta maaf. Sumber: Twitter/marcmarquez93
Marc Marquez minta maaf. Sumber: Twitter/marcmarquez93

Artinya, kini, Marquez hanya perlu fokus finis minimal lebih baik dari semua pembalap Honda. Suatu pekerjaan yang juga tidak kalah sulit, karena jika dia kembali jatuh, maka ada kemungkinan pembalap Honda lain dapat finis di atasnya.

Jika melihat secara konsistensi, pembalap itu adalah Takaaki Nakagami. Namun, jika melihat hasil balapan di Silverstone, maka Pol Espargaro juga punya peluang untuk menyalip Marquez.

Bahkan, adik Marc, Alex Marquez juga bisa finis di atasnya. Karena, saat ini, permasalahan besar yang dihadapi Marc Marquez adalah dirinya sendiri. Marc Marquez saat ini adalah pembalap yang cenderung cepat hilang kendali.

Itu juga yang menjadi alasan Marquez bisa jatuh empat kali dan gagal finis. Bahkan, sebenarnya, dia juga jatuh di balapan Austria walau akhirnya bisa melanjutkan balapan dan meraih satu poin.

Kenahasan Marc Marquez sepertinya menjadi berkah bagi pembalap lain, karena selain dirinya yang menghilang dari trek, Jorge Martin juga hilang dari trek. Hilangnya dua pembalap ini setidaknya mengurangi jumlah pembalap kuat di baris depan.

Itu yang kemudian juga dimanfaatkan dengan baik oleh pembalap lain. Salah satunya adalah Aleix Espargaro. Dia berhasil mengisi posisi kedua dan cukup lama berada di belakang adiknya.

Duel duo Espargaro di awal balapan Silverstone 2021. Sumber: Motogp/Transmedia/Trans7
Duel duo Espargaro di awal balapan Silverstone 2021. Sumber: Motogp/Transmedia/Trans7

Begitu pula dengan Quartararo, Francesco Bagnaia, Jack Miller, dan duo Suzuki yang perlahan nan pasti merangsek ke depan.

Tetapi, kali ini angin bagus ada di pihak Rins. Pengalaman di Silverstone 2019 seperti memberi tambahan kepercayaan diri lebih kepada Rins.

Selain itu, secara teknis, Rins juga memilih ban yang tepat, yaitu Medium-Medium. Berbeda dengan Mir yang menggunakan ban Soft-Medium. Inilah mengapa, Mir awalnya dapat menyaingi Bagnaia dan Miller.

Namun, seiring berjalannya waktu, justru Rins yang lebih cepat. Dia pula yang kemudian dapat menggerus jarak dengan pembalap di depannya, yaitu Aleix Espargaro.

Aleix adalah pembalap yang paling mungkin dikejar, karena Quartararo sudah berhasil melarikan diri pasca menaklukkan Pol Espargaro.

Pol yang awalnya sangat cepat di awal balapan, seiring berjalannya putaran demi putaran justru mulai keteteran. Dia harus rela disalip oleh kakaknya, Rins, dan Jack Miller.

Di lain pihak, Quartararo justru makin menjauh. Dia bahkan sempat membuat jarak sampai 4 detik dari pembalap kedua, yaitu Aleix Espargaro.

Keputusan Quartararo untuk segera menyalip Pol sangat tepat. Karena, jika tidak segera mengambil alih posisi Pol, maka ada kemungkinan dirinya terjebak dalam kerumunan lebih lama.

Quartararo membuat jarak dengan pembalap di belakangnya. Sumber: Motogp/Transmedia/Trans7
Quartararo membuat jarak dengan pembalap di belakangnya. Sumber: Motogp/Transmedia/Trans7

Itu tentu tidak baik bagi Quartararo yang menggunakan ban Soft-Medium. Itulah mengapa, taktik kabur Quartararo sangat tepat.

Berbeda dengan yang dialami Mir yang sekilas seperti berusaha menjaga keausan bannya. Secara logika sederhana, itu tindakan tepat, tetapi di sisi lain juga kurang tepat, karena dia harus terjebak dengan pembalap-pembalap yang mempunyai ban yang idealnya lebih awet daripada dirinya.

Akhirnya, seperti yang kita tahu, bahwa Quartararo berhasil finis sebagai pemenang meski dengan ban Soft-Medium. Ini membuktikan bahwa bukan hanya soal pilihan ban yang menentukan, tetapi juga tentang karakteristik mesin.

Mesin in-line-4 diprediksi masih cocok untuk dipadukan dengan ban Soft-Medium, walaupun harus dengan pendekatan yang berbeda. Sedangkan, pada motor yang bermesin V-4 cenderung hanya bisa bergantung dengan ban Medium-Medium.

Terbukti, antara Bagnaia yang menggunakan ban Soft dengan Miller yang menggunakan ban Medium, ternyata lebih tepat pilihan Miller. Miller yang terlihat kalem di awal, ternyata bisa terus menjaga peluangnya untuk finis di zona podium.

Hanya saja, dirinya harus kalah dari Aleix Espargaro yang sebenarnya pilihan bannya sama, dan karakteristik mesinnya pun mirip. Meski begitu, hasil ini tetap bagus bagi Miller daripada jatuh di Styria dan tidak finis dengan baik di Austria.

Kebahagiaan juga sangat terasa bagi Aleix Espargaro yang berhasil finis ketiga. Ini merupakan podium perdana bagi Aprilia sejak 2000.

Dia tentu sangat bangga meski harus sangat susah-payah mempertahankan zona podium. Hanya ada dua pembalap yang lolos dari hadangannya, yaitu Quartararo dan Rins.

Dua pembalap yang wajar dapat lolos dari kegigihan Aleix, karena mereka punya karakteristik mesin berbeda dan punya strategi yang berbeda pula. Dari sinilah, kita bisa menemukan adanya dua faktor krusial yang dapat membuat beberapa pembalap merasakan happy ending di Silverstone.

Faktor pertama, siapa yang sabar, potensi meraih hasil terbaik akan lebih besar. Faktor ini sangat berlaku bagi Alex Rins.

Rins bisa menjejak podium di Silverstone lagi. Sumber: Motogp/Transmedia/Trans7
Rins bisa menjejak podium di Silverstone lagi. Sumber: Motogp/Transmedia/Trans7

Dia sebenarnya salah seorang pembalap yang sangat bertalenta, tetapi seringkali terhadang oleh kekurangsabaran yang berujung pada kecelakaan dan nirpoin. Ini yang membuat dia terlihat gagal tampil lebih baik dari Mir di musim lalu dan bisa saja musim ini.

Rins saat ini baru mengumpulkan 64 poin. Dia harus memenangkan lima sisa balapan untuk dapat mencapai nilai maksimal 189.

Tetapi, itu diprediksi tidak mampu untuk menyalip posisi Mir, karena Mir sudah punya 141 poin. Tanpa kemenangan di sisa seri musim ini, Mir bisa tetap finis di atas Rins.

Bahkan, dengan pencapaian maksimal Mir finis kedua di tiap balapan, dia sudah pasti finis terbaik sebagai pembalap Suzuki di akhir musim 2021. Artinya, kehebatan Rins belum cukup untuk menggeser Mir sebagai pembalap terbaik Suzuki.

Namun, dengan apa yang dia raih di Silverstone setidaknya bisa menyadarkan dirinya bahwa kesabaran itu penting untuk dapat tampil kompetitif di MotoGP.

Pembalap lain yang bisa meraih hasil bagus dengan faktor ini tentu Jack Miller. Memang, dia gagal podium, tetapi finis keempat sudah sangat baik, mengingat pembalap Ducati lainnya tertinggal jauh di belakang.

Pertarungan sengit antara Aleix dan Miller untuk podium ketiga. Sumber: Motogp/Transmedia/Trans7
Pertarungan sengit antara Aleix dan Miller untuk podium ketiga. Sumber: Motogp/Transmedia/Trans7

Miller pun seperti Rins. Kadang bagus, kadang tidak. Ini karena Miller juga cenderung kesulitan mengelola kesabaran. Ketika dia merasa lebih kencang dari pembalap lain, kadang dia tidak menunggu waktu yang tepat untuk menyalip.

Pindah ke faktor kedua, yaitu keuletan. Di poin ini, jelas nama Aleix Espargaro adalah yang harus disebut, baik sebagai yang pertama maupun yang paling maksimal dalam mengupayakan hasil terbaik untuk timnya dan karakteristik motornya.

Catatan spesial lain dari Aprilia di Silverstone. Sumber: Motogp/Transmedia/Trans7
Catatan spesial lain dari Aprilia di Silverstone. Sumber: Motogp/Transmedia/Trans7

Tanpa keuletan, Aleix pasti sudah menyerah dari usaha Miller mengambil "jatah" podium yang sedang menjadi mimpi 'malu-malu mau' bagi Aprilia. Aleix sepertinya sudah sangat siap untuk bertarung habis-habisan di akhir putaran, dan cukup beruntung lawannya bukan motor in-line-4.

Yang artinya, kalau yang menyalip adalah sesama V-4, maka yang menjadi penentuan adalah siapa yang paling berani memperjuangkan posisi lewat tikungan yang sama-sama menjadi titik lemahnya. Di situlah, Aleix berhasil memperjuangkan apa yang memang sedari awal balapan sudah dia perjuangkan, yaitu podium.

Lalu, faktor apakah yang membuat Quartararo bisa menang?

El Diablo justru sudah melakukan kedua faktor itu, dan dia melakukan strategi yang bisa dikatakan hampir mirip dengan yang dilakukan Marc Marquez di Sachsenring, yaitu mengubah pola pikir orang terhadap pilihan ban.

Seperti yang sudah kita tahu, di Sachsenring, Marc mengubah pendekatan tentang ban Hard yang biasanya digunakan untuk beradu daya tahan sampai finis. Marc justru menggunakan ban Hard untuk segera kabur dan itu terbukti bisa membuat dirinya tidak tersentuh sampai finis.

Baca juga: Marc Marquez Menang di Sachsenring 2021

Quartararo pun melakukan hal serupa dengan mengubah pola pikir tentang ban Soft yang biasanya digunakan untuk upaya cepat kabur dari rombongan terdepan. Namun, Quartararo justru sempat membiarkan pembalap lain ada di depannya dalam beberapa putaran awal.

Dia baru mengambil alih posisi pembalap di depannya setelah mereka mulai kesulitan menaklukan tikungan dan cenderung mulai hilang kendali. Dua hal ini yang terjadi pada duo Espargaro yang membuat Quartararo bisa menyalip.

Setelah itu, Quartararo baru membuat jarak, terutama dengan memanfaatkan kemampuan motor Yamaha untuk melibas tikungan cepat. Taktik ini yang membuat Quartararo terlihat sempurna di Silverstone.

Dia tidak hanya punya kesabaran dan keuletan, tetapi juga punya strategi jitu untuk menggagalkan misi para rival memangkas jarak poin di klasemen sementara. Dengan kemenangan ini, Quartararo semakin jauh dari kejaran Mir dkk.

Lalu, sudahkah Quartararo makin dekat dengan tangga juara dunia musim ini?

Malang, 29 Agustus 2021
Deddy Husein S.

Terkait: Motogp.com
Baca juga: Kegaduhan di MotoGP 2021 dan Susahnya Menjadi Atlet

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun