Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Tantangan Simone Inzaghi Menambal "Lubang" Conte di Liga Champions

28 Agustus 2021   20:33 Diperbarui: 29 Agustus 2021   18:02 907
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inter Milan mengawali musim 2021/22 dengan tancap gas. Sumber: AFP/Miguel Medina/via Kompas.com

Kemudian, dia membawa Chelsea juara EPL dan Piala FA pada 2009/10. Di Real Madrid, kisahnya serupa dengan di Milan, yaitu menjuarai Copa del Rey dan Liga Champions pada 2013/14.

Sedangkan, di Juventus (1999), Paris Saint-Germain (2012/13), dan Bayern Munchen (2016/17), Carletto "hanya" sanggup memberikan satu gelar dalam satu musim. Ini artinya, menjadi pelatih yang dapat mengelola daya kompetitif di semua kompetisi sangat tidak mudah.

Itulah yang kemudian menjadi tantangan Inzaghi bersama Inter Milan musim ini. Dia harus menentukan target prioritas dan target yang bisa dikejar jika memungkinkan.

Secara logika sederhana, mempertahankan scudetto adalah misi prioritas Inzaghi. Namun, dirinya juga sebaiknya tidak membuat Inter kembali menjadi badut di Liga Champions seperti musim lalu.

Inter harus mulai kembali menjadi tim yang bermental pemenang di mana pun berada, termasuk di UCL. Alasannya pun sudah jelas, bahwa mereka adalah jawara Italia. Ini tidak beda jauh dengan status Inter Milan di Liga Champions 2009/10 saat dilatih Mourinho.

Mourinho mampu membawa Inter stabil di tiga kompetisi berbeda dalam semusim. Sumber: AFP/Christophe Simon/via Kompas.com
Mourinho mampu membawa Inter stabil di tiga kompetisi berbeda dalam semusim. Sumber: AFP/Christophe Simon/via Kompas.com

Hanya saja, pendekatan pada saat itu dengan sekarang sudah berbeda. Ini dikarenakan pelatihnya dan gaya bermain yang diusung pelatihnya berbeda.

Namun, jika merujuk pada rekam jejak yang masih tergolong singkat dari Inzaghi yang baru melatih pada 2016, alias 10 tahun setelah Conte debut sebagai pelatih, maka Inzaghi sebenarnya masih tergolong bagus.

Itu bisa dibuktikan lewat torehan trofi Copa Italia pada 2018/19 dan Super Copa Italia pada 2019 bersama Lazio. Terutama gelar Copa Italia, itu bisa membuktikan kalau Inzaghi masih tergolong pelatih yang mampu membuat strategi yang cocok untuk rencana jangka pendek.

Berbeda dengan Conte yang cenderung lebih ahli dalam mengelola strategi untuk rencana jangka panjang, alias mengarungi kompetisi yang bersifat satu musim penuh. Ini yang menjadi titik pembeda dengan Inzaghi yang diharapkan bisa menyempurnakan misi Inter musim ini.

Disebut menyempurnakan, karena dalam hal daya tahan kompetitif di liga, para pemain Inter Milan sudah paham caranya. Mengingat, mereka sudah dua musim beruntun berada di level performa tinggi di liga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun