Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Tantangan Simone Inzaghi Menambal "Lubang" Conte di Liga Champions

28 Agustus 2021   20:33 Diperbarui: 29 Agustus 2021   18:02 907
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inter Milan mengawali musim 2021/22 dengan tancap gas. Sumber: AFP/Miguel Medina/via Kompas.com

Penyebab kemerosotan pencapaian Inzaghi jika dibandingkan dua musim sebelumnya yang konsisten finis ke-5, selain pembagian fokus, adalah kebobrokan lini belakang Lazio. Bagaimana Lazio bisa kompetitif, kalau mereka hanya mampu surplus 10 gol?

Contoh kedua, di musim 2020/21, yang juga terjadi serupa. Bedanya, Lazio berhasil dibawa Inzaghi naik kelas, yaitu berkompetisi di UCL. Ini karena, Lazio berhasil finis ke-4 di musim sebelumnya.

Tetapi, bagaimana dengan di Serie A?

Secara posisi akhir, Lazio masih lebih baik dari musim 2018/19. Ciro Immobile dkk. finis ke-6, yang artinya bisa berkompetisi di UEL. Tetapi, mereka malah hanya surplus enam gol!

Artinya, mereka bisa mencetak cukup banyak gol, tetapi gawang mereka juga sangat mudah kebobolan. Hal semacam ini jelas sulit bagi Lazio dapat kompetitif menyaingi empat rivalnya yang identik dengan warna strip hitam; Inter Milan, AC Milan, Atalanta, dan Juventus.

Catatan minor Inzaghi di Lazio itu yang kemudian perlu diwaspadai ketika kini di Inter. Apakah bisa ia membawa Inter kompetitif di domestik dan Eropa?

Simone Inzaghi tidak bisa membiarkan Inter hanya sebagai penggembira di UCL. Sumber: via Reuters
Simone Inzaghi tidak bisa membiarkan Inter hanya sebagai penggembira di UCL. Sumber: via Reuters

Bukannya meremehkan Inzaghi. Namun, pelatih yang lebih berpengalaman seperti Conte saja masih menjadikan itu sebagai tantangan terbesar dalam karier suksesnya. Terbukti, selama berkarier sejak melatih Arrezo (2006), Conte hanya sekali memenangkan kompetisi bersistem kalah-gugur, yaitu Piala FA 2017/18.

Artinya, Conte juga bukan pelatih yang seperti Pep Guardiola, Jose Mourinho, Jupp Heynckes, hingga Hansi Flick. Dan, inilah yang menjadi lubang besar dalam karier Conte.

Hal itu pula yang membuat tanda tanya besar, apakah Inzaghi bisa menutup lubang besar Conte bersama Inter Milan? Bahkan, dewasa ini mencari pelatih Italia yang bisa membawa timnya kompetitif di minimal dua kompetisi sangat sulit.

Paling mentok adalah pelatih generasi lama, yaitu Carlo Ancelotti. Dia masih bisa menaklukkan maksimal dua kompetisi. Ini dilakukan bersama AC Milan pada musim 2002/03 dengan raihan juara Copa Italia dan Liga Champions.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun