Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Perempuan dalam Teater yang Maskulin

13 April 2021   23:46 Diperbarui: 15 April 2021   02:28 1263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu pemeran perempuan Teater Osteo. Sumber: Teater Osteo (Dewan Kesenian Malang)

Faktor rekam jejak awal di teater dan kemauannya terus mengembangkan kualitas berakting membuatnya dapat bertahan lama di jagat hiburan yang semakin modern. Bahkan, ia juga masih mau belajar bermain opera lewat pementasan "Gandari 3" (2019).

Apa yang dilakukan Christine Hakim bukti bahwa untuk bertahan, pelaku teater tidak hanya membawa pengalamannya, tapi juga mau mempelajari hal baru. Ini yang membuat Christine Hakim masih patut diperhitungkan di dunia kesenian, termasuk teater lewat kepribadiannya yang mau menyesuaikan diri dalam berkarya.

Nama selanjutnya adalah Ken Zuraida. Nama yang sebenarnya masih dikenal para pelaku teater dan kesenian Indonesia.

Sosok Ken Zuraida, seorang akris, sutradara, dan produser teater. (Foto: Kompas.com/Jodhi Yudono)
Sosok Ken Zuraida, seorang akris, sutradara, dan produser teater. (Foto: Kompas.com/Jodhi Yudono)
Memang, kemudian dirinya masih terlihat erat dengan penggambaran (image) suaminya, WS Rendra. Ketika dia menjadi pemimpin Bengkel Teater (sekarang Bengkel Teater Rendra) selepas wafatnya Rendra, praktis Ida identik dengan Rendra.

Selepas kepergian Rendra (2009), Ida masih berupaya mempertahankan Bengkel Teater Rendra. Saat 2014 ia pernah membuat pementasan di Tegal.

Ia juga bersedia menjadi pembicara di diskusi-diskusi teater di berbagai daerah. Ini membuat dirinya masih dianggap peduli dengan teater Indonesia.

Kemudian, ada Ayu Utami yang pernah berkolaborasi dengan Agus Noor membuat naskah "Sidang Susila" (2008). Jika Agus Noor masih berkarya di Teater Gandrik dan bersama Indonesia Kaya, maka Ayu Utami selain dikenal sebagai penulis, juga merupakan kurator di Teater Utan Kayu yang kemudian kini dikenal sebagai Komunitas (Teater) Salihara.

Ayu Utami kini lebih identik sebagai penulis. Sumber: Lesekreis (Heike Huslage-Koch)
Ayu Utami kini lebih identik sebagai penulis. Sumber: Lesekreis (Heike Huslage-Koch)
Komunitas Salihara adalah bentukan dari Goenawan Mohamad (8-8-2008). Ayu Utami ada di antara beberapa nama yang sebagian besar lelaki.

Ayu Utami kemudian sering dikenal sebagai novelis. Selain terkenal lewat novel "Saman" (1998), ia juga masih produktif menulis dengan karya terbarunya adalah "Anatomi Rasa" (2019).

Nama yang kemudian mudah dikenali, khususnya bagi kaum milenial adalah Happy Salma. Secara pribadi, saya mengetahui nama Happy Salma di program televisi, sampai kemudian dia kini menjadi orang yang peduli dengan kesenian termasuk teater.

Happy Salma dulu sering menghiasi layar televisi. Sumber: Instagram/happysalma
Happy Salma dulu sering menghiasi layar televisi. Sumber: Instagram/happysalma
Tidak tanggung-tanggung, dia membentuk yayasan bernama Titimangsa Foundation (Oktober 2007). Yayasan nirlaba ini konsen terhadap budaya khususnya seni pertunjukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun