Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Perempuan dalam Teater yang Maskulin

13 April 2021   23:46 Diperbarui: 15 April 2021   02:28 1263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu pemeran perempuan Teater Osteo. Sumber: Teater Osteo (Dewan Kesenian Malang)

Konsep "Herstory" yang sedemikian rupa membuat saya tahu bahwa perempuan bisa merangkul, dibandingkan lelaki yang kadang butuh banyak teknik untuk mengajak orang lain mau memperhatikannya. Sedangkan, lewat "Herstory", tokoh si Pembicara tidak perlu menambahkan teknik selain public speaking.

Teknik inilah yang menurut saya kemudian masih bisa dinikmati, sekalipun teater makin ke sini makin "aneh-aneh". Ternyata, cara yang mirip 'stand up comedy' itu masih bisa dilakukan di atas panggung teater dewasa ini, dan tentunya melibatkan perempuan sebagai tokoh utama.

Pemandangan ini yang kemudian menggiring saya untuk melihat lagi bagaimana peran perempuan di teater, khususnya di Indonesia. Apakah mereka bisa diandalkan seperti kaum lelaki yang masih selalu menonjol di teater?

Pertanyaan itu kemudian mengarahkan saya untuk melihat sepak terjang beberapa perempuan di teater di Indonesia.

Saya mulai dengan nama Ratna Riantiarno. Nama yang sangat familier di kalangan pelaku teater Indonesia.

Ratna Riantiarno juga tenar di film. Sumber: Dokumentasi Visinema Pictures via Wartakota Tribunnews
Ratna Riantiarno juga tenar di film. Sumber: Dokumentasi Visinema Pictures via Wartakota Tribunnews
Faktor yang paling mudah diketahui adalah nama 'Riantiarno'. Itu adalah nama belakang Nano Riantiarno, yang merupakan pendiri Teater Koma (1 Maret 1977).

Bersama Ratna yang dipersunting pada 1978, Nano mendirikan Teater Koma sekaligus mengelolanya sampai sekarang. Di luar Teater Koma, Ratna juga pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Kesenian Jakarta (1996-2003). Inilah yang membuat namanya di dunia kesenian Indonesia semakin lekat.

Ratna juga konsen terhadap regenerasi sutradara di forum Asia. Ia bersentuhan dengan teater berawal dari pementasan "Kapai-Kapai" (1969) bersama Teater Kecil. Teater yang didirikan oleh Arifin C. Noer.

Rekam jejaknya berteater kemudian dipertegas oleh kemampuannya berakting di film, yang terus ia lakukan sampai sekarang.

Nama selanjutnya adalah Christine Hakim. Meskipun ia sangat identik dengan dunia perfilman, ia adalah didikan Teguh Karya yang mendirikan Teater Populer (1968).

Christine Hakim punya jejak panjang di jagat hiburan Indonesia. Sumber: via IMDb
Christine Hakim punya jejak panjang di jagat hiburan Indonesia. Sumber: via IMDb
Christine Hakim juga pernah menjadi juri Festival Film Cannes. Sampai saat ini, ia masih disegani karena faktor kualitas aktingnya yang sangat bagus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun