Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"ENTAH" dan Teater Daring (Bagian 2)

1 April 2021   06:18 Diperbarui: 1 April 2021   13:06 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cuplikan dalam Trailer - Sumber: Youtube/ARTmediaNET

Jikalau ternyata lagu ini berangkat dengan lirik puisi, maka saya membayangkan bahwa efektivitas lirik juga tetap perlu diperhatikan. Ini seperti lagu "Kupeluk Hatimu" dari NOAH yang juga dibuat liriknya oleh orang lain, bukan sang musisinya.

Dalam proses kreatif "Kupeluk Hatimu", Ariel mendiskusikan liriknya dengan para penulis lirik yang dilibatkan. Artinya, sang musisi tidak menerima bulat lirik tersebut. Karena, bagaimanapun musisilah yang menggarap karya finalnya, bukan penulis lirik.

Soal inspirasi lewat "Cerita Tentang Gunung dan Laut" dari Payung Teduh, saya mengapresiasinya. Sekalipun, saya menerka jika konsep naskah lakon yang dikabarkan menjadi ide lagu Payung Teduh itu mungkin tidak seemosional naskah "ENTAH".

Namun, kalau ternyata naskah lakon yang bersinggungan dengan "Cerita Tentang Gunung dan Laut" juga sarat emosi yang meluap, maka Payung Teduh berhasil membuat lirik yang awalannya tidak terkesan memaksa masuk. Tapi, bisa saja, ini karena yang membuat liriknya juga ada campur tangan sang musisi langsung.

Unek-unek ini bukan berarti menganggap lagu "Terbelenggu" tidak bagus. Justru, ada sisi yang tepat dari lagu ini, yaitu dibawakan oleh Andre Kurniawan yang memiliki ciri khas vokal meninggi, jika merujuk pada lagu "Luka yang Luruh" dan "Satu Sore".

Perbedaannya, dua lagu itu bisa mencampurkan nada yang tidak bergejolak alias tidak saling berlomba untuk memiliki nada tertinggi antara vokal dengan musik. Artinya, porsinya pas. Tidak berlebih.

Hanya saja, "Terbelenggu" memang berusaha didesain berbeda dengan lagu pada umumnya, dan ini masih bisa diapresiasi sebagai bagian inovasi pementasan ini. Sekaligus, dapat menunjang misi sutradara untuk merangkul potensi-potensi hebat para seniman yang dimiliki Tuban.

Poin kedua dari unek-unek saya adalah kebocoran logika ruang. Ada beberapa contoh yang dapat menunjukkan kebocoran ini.

Pertama adalah lewat gestur si TUAN ketika diberitahu NYONYA terkait kedatangan KAWAN. Sepintas, ada gestur pada matanya langsung memandang arah ruang tamu, yang idealnya dia tidak bisa melihatnya karena masih tersekat tembok.

Contoh kedua juga masih dari si TUAN yang dilakukan secara beruntun dalam satu adegan pemberitahuan kedatangan KAWAN tersebut. Ia dengan cepat menyapa KAWAN, meski tidak lama bergerak dari kursi menuju pintu ruang kerjanya.

Adegan antara TUAN dan KAWAN dalam pementasan. - Sumber: Dokumentasi Teater Pribumi/Artmedianet
Adegan antara TUAN dan KAWAN dalam pementasan. - Sumber: Dokumentasi Teater Pribumi/Artmedianet
Contoh ketiga adalah pembagian ruang lewat pencahayaan. Dengan ukuran panggung yang kabarnya hanya 4x6 meter itu, saya sedari awal sudah berusaha meyakini bahwa titik-titik yang tidak dijatuhi cahaya adalah batas-batas ruang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun