Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Takut Turun Takhta

23 Maret 2021   12:16 Diperbarui: 23 Maret 2021   12:58 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari Pexels/Dmitry Zvolskiy

Saat melihat pintu dibuka oleh ibunya, kedua matanya berbinar dan seolah-olah sudah melupakan apa saja yang telah terjadi di sekolah. Itulah mengapa, ia selalu menjawab "tidak ada" kepada ibunya, ketika ditanya tentang apa yang terjadi di sekolah.

Kali ini, 'tidak ada' yang ia maksud bukan karena ia ragu untuk menceritakan apa yang terjadi di sekolah. Melainkan, karena ia ingin ibunya yang selalu tersenyum hangat kepadanya takperlu memikirkan apa yang terjadi di sekolah.

"Aku kan lelaki, Ma. Pasti akan kuselesaikan sendiri permasalahanku."

Namun, rasa optimisnya seiring berjalannya waktu mulai tergerus. Ini karena dia mulai tidak tahu apa yang membuat ibunya ada di rumah. Setiap dia ingin tahu, dia hanya bisa membuka pelan pintu ruang kerja ibunya yang dulunya adalah sebuah kamar milik seorang perempuan yang dipanggil 'Bibi' olehnya.

Ketika sudah mengintip ibunya yang selalu duduk tegak, ia hanya bisa menghela nafas dan menutup kembali pintu itu. Ia kemudian kembali ke kamar dan mulai membuka tabletnya.

Bagaimana dengan si perempuan?

Perempuan itu tetap menggoreskan pensilnya, ia terus membuat sketsa dalam bentuk tokoh dan adegan. Aktivitasnya baru berhenti pada pukul 21.00. Ketika alarm di ponselnya berbunyi, maka dia segera mengakhiri aktivitasnya dan memadamkan lampu di ruang tersebut.

Langkah kakinya menuju kamar si bocah lelaki.

"Kamu belum tidur, sayang?"
"Aku menunggu Mama membacakan jilid baru."
"Iya, mama pasti melakukannya."

Bocah lelaki itu segera mematikan layar tabletnya, dan bersiap untuk berbaring. Sedangkan, si perempuan mengambil sebuah buku komik di rak buku dekat meja belajar.

Rupanya, setiap malam menjelang tidur, si perempuan membacakan kisah di buku komik kepada bocah lelaki. Kisah itu terus dibacakan sampai si bocah lelaki sudah terlelap dengan tangan melingkar di pinggang perempuan itu. Jika sudah begitu, si perempuan akan ke luar, kembali ke ruang kerjanya atau juga ke kamarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun