Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Balap Artikel Utama

Lagu Lama Ducati

22 Agustus 2020   20:18 Diperbarui: 22 Agustus 2020   22:22 4456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ducati dan Andrea Dovizioso adalah kolaborasi yang bagus untuk saat ini. Gambar: AFP via Kompas.com

Insiden Iannone dan Dovi saat sudah memimpin balapan di GP Argentina 2016. Gambar: Crash.net via Tribunnews.com
Insiden Iannone dan Dovi saat sudah memimpin balapan di GP Argentina 2016. Gambar: Crash.net via Tribunnews.com
Walau akhirnya Ducati bisa memecah kebuntuan juara seri dengan motor yang dipacu Andrea Iannone di Red Bull Ring, Austria, kesalahan yang dilakukan Iannone di Ducati tetap akan diingat. Bukankah orang-orang selalu memperhatikan kesalahan orang lain?

Entah berimbas atau tidak, yang pasti sejak insiden itu Ducati memutuskan pisah jalan dan tetap mempertahankan Andrea Dovizioso yang saat itu masih menjadi "good man". Bisa dikatakan begitu, karena saat itu ia tidak banyak bicara, fokus dengan balapan saja, dan terkadang terlihat inferior.

Maklum, ia saat itu belumlah seperti Jorge Lorenzo apalagi Marc Marquez yang secara konsisten bersaing di papan atas klasemen pembalap. Ia pun belum menjadi jagoan publik Italia, karena mereka masih sangat menggilai Valentino Rossi.

Meski Rossi tidak menang pun flare warna kuning tetap menghiasi langit sirkuit dari tribun suporter. Hal ini wajar, karena Ducati dan pembalap Italia-nya masih malu-malu macan.

Mereka sebenarnya sudah mulai memiliki perbaikan, khususnya ketika sudah menduetkan duo Andrea itu. Namun, sepertinya untuk menjadi juara dunia bukanlah hal yang mudah. Perlu faktor-faktor tertentu yang menyertai.

Salah satunya adalah pengalaman bersaing di papan atas. Dovizioso dan Iannone tidak begitu menggaransinya, karena keduanya seringkali dinomorduakan sebelum bergabung di pabrikan Ducati.

Pemandangan langka yang sulit terjadi lagi. Gambar: Ultimatemotorcycling.com
Pemandangan langka yang sulit terjadi lagi. Gambar: Ultimatemotorcycling.com
Seperti Dovi yang sebelumnya hanya menjadi pembalap kedua setelah Dani Pedrosa. Bahkan, sempat menjadi pembalap ketiga ketika Stoner bergabung dan Dovi belum cabut dari Repsol Honda.

Ia pun kemudian memperkuat Yamaha Tech3 yang artinya menjadi pembalap tim satelit. Saat itu juga kariernya diprediksi akan tamat, karena ia juga cenderung kalah bersaing dengan rekannya, Cal Crutchlow.

Satu-satunya keunggulan Dovi saat itu adalah kesabaran. Ia tergolong pembalap yang tekun menyisir setiap putaran di belakang pembalap lain. Ia hanya akan menyalip jika perhitungannya tepat.

Artinya, ia bukan pembalap yang sembrono. Poin ini rupanya menjadi modal besar untuk bisa menjadi pembalap Ducati di kemudian hari. Terbukti motor merah itu dibawa secara bertahap untuk menuju level yang lebih baik.

Lalu, bagaimana dengan Iannone?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun