Hal ini berbeda dengan gaya bermain yang diusung pelatih asal Portugal seperti Nuno Espirito Santo. Kebanyakan pelatih asal Portugal lebih suka bermain praktis.
Meski Portugal dilimpahi pemain yang skill individunya bagus, namun mereka cenderung cocok bermain dengan filosofi sederhana. Menyerang lewat sayap, cut-inside/crossing, tembak.
Walaupun pelatih Portugal bisa memasang strategi bermain dominan, tetap saja mereka tidak sekompleks pelatih asal Spanyol yang sangat ingin bermain lebih bergaya. Ini yang kemudian mempengaruhi hasil.
Jika pelatih Portugal berorientasi pada hasil pertandingan, sedangkan pelatih Spanyol cenderung ingin mencari formula bermain yang tepat ketika melawan tim tertentu. Kali ini, Sevilla-nya Lopetegui akan berhadapan dengan tim asal Inggris--seandainya lolos.
Pelatih lawan yang akan dihadapi adalah Solskjaer yang sejauh ini sebenarnya cukup beruntung memiliki pemain-pemain yang memiliki kapasitasnya masing-masing. Seperti Martial yang cerdik. Marcus Rashford yang fleksibel. Greenwood yang agresif dan tajam. Dan, tentunya Fernandes yang mampu memberikan jaminan penyerangan yang bagus bagi Man. United.
Dari sini kita bisa menunggu, bagaimana ketika duel pemain-pemain tersebut melawan tim yang kolektif seperti Sevilla--namun secara skill individu lebih baik dari FC Copenhagen. Apakah Man. United akan mampu memenangkan pertandingan itu dan lolos ke final?
Apakah Man. United kembali menemukan keberuntungan di partai semifinal?
Malang, 11 Agustus 2020
Deddy Husein S.
Berita terkait:
Tirto.id, Liputan6.com, Detik.com, Kompas.com, Wartakota.Tribunnews.com.