Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Tidak Hanya pada Fesyen dan Musik, Edgy Juga Bisa Eksis di Sepak Bola

5 Juli 2020   20:59 Diperbarui: 6 Juli 2020   12:52 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Edgy adalah salah satu bentuk ekspresi terhadap selera, bisa dengan fesyen dan musik. Gambar: Lektur.id

Bagaimana dengan saya?

Ketika masih kecil, menonton bola hanya karena ingin menonton, bukan untuk menyukai klub yang bertanding. Gambar: Ilustrasi dari Bigcom via Liputan6
Ketika masih kecil, menonton bola hanya karena ingin menonton, bukan untuk menyukai klub yang bertanding. Gambar: Ilustrasi dari Bigcom via Liputan6
Saya justru melangkah ke dua hal tersebut. Karena, di satu sisi saya berangkat dari orang yang hanya menonton pertandingannya bukan klub yang bermain. Contohnya, jika yang tayang di tv Chelsea vs Aston Villa, bukan tim lain, maka saya pasti tetap akan menontonnya.

Ini membuat saya seiring berjalannya waktu justru merasa perlu untuk memiliki klub yang dapat menjadi parameter ideal dalam sebuah kompetisi. Atau, secara idealis yang tak kasat mata, saya perlu menemukan klub yang dapat merepresentasikan sekian persen dari karakter saya.

Namun di sisi lain, dengan kebiasaan menonton dan melihat berita tentang banyak klub, membuat saya semakin terbiasa untuk melihat dan memikirkan tentang bagus-tidaknya klub tersebut. Walaupun saya tahu bahwa harus juga mengkritisi klub yang disukai.

Penggambaran ini tak jauh beda ketika saya menjawab pertanyaan teman saya tentang perilaku edgy dalam bidang permusikan (sebagai penggemar). Inilah yang membuat saya dapat merubah objek bidangnya, karena yang saya alami ketika (proses) menyukai musik dengan menyukai sepak bola dan klub bolanya tak jauh berbeda.

Di sepak bola juga tak menutup kemungkinan ada penggemar sepak bola yang menyukai sebuah kompetisi atau klub sepak bola yang anti-maintream. Misalnya, ketika di Indonesia sebagian besar masyarakat bolanya menggandrungi dan lebih mengenal Premier League, ternyata ada seseorang atau sebuah keluarga yang menyukai Eredivise.

Selain suka timnas Belanda dan Ajax, Vincent juga suka Arsenal. Gambar: Antara/BOYKE LEDY WATRA
Selain suka timnas Belanda dan Ajax, Vincent juga suka Arsenal. Gambar: Antara/BOYKE LEDY WATRA
Menurut sepengamatan sederhana saya, Vincent Rompies adalah sosok penggemar sepak bola yang bisa dikatakan edgy. Karena, selain terlihat lebih membanggakan klub sepak bola Ajax daripada klub lain, dia juga terlihat sangat percaya diri ketika memperkenalkan klub atau sepak bola Belanda daripada lainnya.

Sebenarnya hal ini juga terlihat seperti ada pada coach Justinus Lhaksana. Memang faktor pengalaman hidup dan belajar sepak bola di Belanda membuat dirinya lebih mengenal Belanda dibandingkan sepak bola Indonesia.

Itulah mengapa tak mengherankan jika dirinya juga tetap pede memperkenalkan eksistensi Ajax Amsterdam, meski kita tahu bahwa klub ini di kancah Eropa--khususnya Liga Champions--sekarang masih belum tergolong tim kuat. Namun, sebagai orang yang menemukan adanya keistimewaan yang orang lain tidak tahu bisa jadi merupakan nilai tersendiri yang patut dipertahankan.

Selain dua figur tersebut, saya juga pernah mengingat adanya selentingan berita (di koran) tentang Presiden RI ke-4, alm. Gus Dur yang dikabarkan menyukai sepak bola Amerika Latin. Jika merujuk pada tenarnya nama Pele, Mario Kempes, Maradona, hingga generasi saat ini mengenal Luis Suarez, Sergio Aguero, Neymar, Lionel Messi, Paulo Dybala, dan lainnya, maka tak mengherankan jika ada orang Indonesia menyukai sepak bola Amerika Latin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun