Sebenarnya ini kisah lama, ketika saya masih SD dan memiliki teman bernama Bambang. Di sekolah, dia salah satu siswa yang cukup berprestasi baik secara akademik dan non akademik. Bahkan di sela-sela kesibukannya les, dia juga masih aktif ikut SSB yang cukup terkenal di kampung halaman saya.
Faktor fisik memang membuatnya cukup ideal sebagai atlet kala itu. Ditambah dengan bekalnya berpendidikan tambahan sedemikian rupa, membuat saya pun cukup terinspirasi.
Di sela-sela masa pertemanan kami, saya pernah berkunjung ke rumahnya yang cukup jauh. Ketika itu saya berniat untuk sekadar bermain bola sekaligus ikut jalan-jalan menengok tempat yang biasanya digunakan bermain Tamiya.
Generasi old pasti tahu dan sangat kenal dengan Tamiya. Hehe. Nah, saat tiba di rumahnya saya pun segera memanggilnya. Seingat saya saat itu bersama teman, 2-3 orang.
Cukup lama menunggu si Bambang ini keluar. Sampai akhirnya saya yang biasanya paling diam di lingkaran pertemanan ini bersuara.
"Mbang, Bambang! Mbang!!"
Tak lama kemudian, terdengar sebuah pintu dan pagar terbuka. Tetapi, bukan dari rumah si Bambang melainkan dari tetangga.
Seorang ibu--saya anggap--paruh baya keluar dan menyapa kami. "Ada apa, le? Cari Pak Bambang?"
Loh? Seketika saya pribadi kaget. Teman saya pun segera menjawab, "Bukan bu. Cari teman saya, Rama."
"Oh, nak Rama. Mungkin jam segini dia tidur."
Kami pun tak menyahut, hanya mengangguk. Di dalam pikiran saya hanya sebuah ketakutan seandainya yang muncul bukan Bambang teman saya, melainkan Bambang bapaknya. Waduh, bisa-bisa diajak ngopi semalam suntuk, nih!
