Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hari Puisi Nasional dan Dilema Antara Terinspirasi dengan Kegagalan Ekspektasi

28 April 2020   21:05 Diperbarui: 28 April 2020   21:12 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi puisi. Gambar: via Gramedia.com

Terinspirasi sebenarnya juga ada unsur benar dan baik, namun apa yang sudah menyeruak ke publik biasanya dapat dipetik inspirasi positifnya, dan seharusnya kita melakukan itu. Karena, kita harus berpikir tentang jangka panjang, salah satunya berkaitan dengan keuntungan.

Apa untungnya kita terinspirasi oleh si B? Apakah kita nanti akan menjadi seperti si B? Bagaimana jika nanti kita benar-benar menjadi si B?

Tiga pertanyaan--diawali dengan perhitungan untung dan rugi--itu sebisa mungkin terlintas di kepala ketika melihat hal-hal yang menarik dan ingin diikuti jejaknya. Kita tentu perlu modal untuk dapat memberikan jaminan awal, bahwa nanti dapat melakukan apa yang ingin dilakukan berdasarkan inspirasi yang diperoleh.

Apa itu modalnya?

Kurang-lebih bernama pemahaman.

Ilustrasi berpikir dan memahami. Gambar: Republika.co.id/Asep Safa'at
Ilustrasi berpikir dan memahami. Gambar: Republika.co.id/Asep Safa'at
Ketika sumber inspirasi kita adalah bacaan, maka kita harus mampu memahami tulisan tersebut. Jika tidak, kita akan terjebak atau bahkan tidak bisa masuk ke dalamnya. Kita akhirnya hanya tahu permukaannya saja, meski telah menjamin tuntas membaca bacaan tersebut.

Percuma, wong nggak paham.

Artinya, secara khusus fenomena terkait Anarko dan hal-hal lain yang serupa, bisa saja menjadi kegagalan dalam memahami inspirasinya, dan itu akan membuat langkah perwujudannya--mencapai ekspektasi--juga menjadi tak optimal.

Semua bacaan pasti terdapat dua sisi, apalagi jika sampai bacaan itu adalah fiksi. Maka, sajiannya akan seolah-olah nyata dan menguras emosi, karena di dalamnya pasti terdapat pertarungan antara sosok baik dan sosok buruk. Situasi yang juga terjadi di realita, bukan?

Namun, jika kita membaca "It", karya Stephen King, apakah kita harus menjadi pembunuh untuk mewujudkan inspirasi dan ekspektasi dari bacaan tersebut?

Tokoh di kisah It yang difilmkan. Gambar: Warner Bros. Entertainment Inc, via Kompas.com
Tokoh di kisah It yang difilmkan. Gambar: Warner Bros. Entertainment Inc, via Kompas.com
Artinya, jangan sampai, pasca membaca buku tentang kejahatan mafia maupun pelaku korupsi dan lainnya, kita kemudian hanya bisa mewujudkannya secara serampangan akibat kegagalan memahami inspirasi dan membangun ekspektasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun