Dengan hadirnya Setien, para pemain menjadi lebih percaya diri lagi untuk menguasai bola dan ini akan membuat lawan-lawannya kembali terlihat inferior. Seperti kala Barcelona dilatih Pep dahulu.
Begitu pula dengan masa itu, Barcelona juga pernah memiliki permasalahan. Yaitu counter attack. Melalui skema ball possession ala tiki-taka, mereka dituntut harus mampu menjaga bola sebaik mungkin agar tidak direbut lawan dan menghasilkan serangan balik.
Situasi tersebut awalnya tak begitu dibaca oleh lawan, kecuali satu sosok, Jose Mourinho. Bersama Inter Milan, Mourinho mulai mendemokan gaya main yang dapat merusak kehebatan Barcelona, yaitu bermain pragmatis.
Hal ini semakin terlihat ketika Mourinho merapat ke Madrid pasca mengantarkan Inter Milan meraih treble winner di tahun 2010. Saat El Clasico, pertempuran diatas lapangan menjadi sengit. Karena keduanya (Pep dan Mou) memiliki filosofi yang kontras namun sama-sama solid.
Setidaknya hal ini dapat menginspirasi Diego Simeone untuk membuat formulasi permainan yang lebih solid dan bisa dibuktikan dengan keberhasilan mereka menjadi juara La Liga di tahun 2014, meski mereka tidak mampu mencicipi juara Liga Champions karena kalah dari Real Madrid di final.
Ketika Pep hengkang (Tempo.co), dan tak ada lagi yang mampu menerapkan tiki-taka dengan seluwes Pep, maka tim-tim lawan mulai berani menghadapi Barcelona dengan strategi variatif. Memang, diantara mereka masih ada yang menerapkan compact defense, namun hal itu tidak dilakukan secara khusus seperti era Guardiola.
Kini, kelemahan Barcelona di era Guardiola mulai dapat terendus lagi. kejadian ini persis seperti Barcelona di era akhir kepelatihan Guardiola. Messi dkk saat itu mulai terlihat "bosan" dengan permainan tiki-taka, dan membuat mereka kehilangan magis.
Sosok inilah yang sebenarnya cukup tepat melatih Barcelona. Karena, dia tidak terlalu fanatik dengan tiki-taka meski dia tahu bahwa Messi dkk saat itu masih terikat "budaya" tiki-taka, dan dia juga eks El Barca sebagai pemain.
Langkah yang tepat bagi Enrique adalah memodifikasi permainan Barcelona. Mereka tidak lagi hanya bermain ball possession, melainkan juga bermain cepat dan praktis. Beruntungnya, saat itu Enrique memiliki trio hebat, Messi-Suarez-Neymar (MSN).