Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Apakah Menjadi Tuan Rumah Event Olahraga adalah Cara Memajukan Indonesia?

14 November 2019   13:00 Diperbarui: 14 November 2019   16:29 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Formula-E direncanakan akan digelar di Jakarta pada 2020. (Kompas.com)

Setelah kabar menjadi tuan rumah MotoGP 2021, Indonesia kembali digembirakan oleh kabar terpilihnya Indonesia untuk menjadi host Piala Dunia U-20 pada 2021. 

Hal ini tentu menjadikan Indonesia akan semakin dikenal dunia. Prospek ini dimulai dari gelaran Asian Games 2018 yang diakui dunia sebagai salah satu wujud kemampuan Indonesia untuk menjadi penyelenggara event olahraga.

Pasca Asian Games pula, Indonesia juga dikabarkan kian dekat untuk menjadi calon tuan rumah Olimpiade. Artinya, Indonesia akan semakin melangkah ke arah yang besar dan ini membuat Indonesia semakin dipercaya masyarakat internasional. 

Situasi ini semakin luar biasa ketika event balap paling bergengsi, MotoGP, akhirnya merapat ke Indonesia.

Suatu event olahraga yang memang sudah sangat dinantikan sejak lama. Apalagi ketika Indonesia sering menjadi tempat singgah pembalap-pembalap MotoGP ketika melakoni seri Asia dari Thailand, Jepang, Australia, dan Malaysia. 

Seri Asia inilah yang membuat banyak pembalap mengharapkan adanya seri di Indonesia.

Faktor ini tak lepas dari sisi popularitas MotoGP yang luar biasa di Indonesia. Bahkan, menurut pengamat profesional MotoGP, Mateo Guerinoni, banyak orang Indonesia yang menjadi bagian dari penonton MotoGP di seri Malaysia. 

Hal ini ditandai dengan banyaknya orang di sekitaran sirkuit Sepang yang mengenali si mantan pembalap Superbike tersebut.

Pernyataannya ada di video ini:

Tidak hanya itu, pasar dari distribusi motor terbesar di dunia disebut-sebut berada di Indonesia. Sehingga tidak mengherankan jika peluncuran motor baru tim pabrikan Yamaha di MotoGP juga diadakan di Indonesia seperti awal tahun 2019.

Bahkan, kedekatan Yamaha dengan Indonesia bisa dikatakan sangat erat dan sudah terjalin cukup lama. Hal ini dapat dibuktikan dengan iklan legendaris Yamaha yang menduetkan Komeng dengan Valentino Rossi.

Tampilan iklan Yamaha Motor Indonesia. (Gridoto.com/Yamaha Motor Indonesia)
Tampilan iklan Yamaha Motor Indonesia. (Gridoto.com/Yamaha Motor Indonesia)
Dari sini, kita mulai benar-benar sadar bahwa Indonesia kian menjadi perhatian publik internasional. Apalagi Indonesia kini sudah dikandidatkan menjadi salah satu seri balapan di MotoGP pada 2021. Sirkuitnya pun sudah ditetapkan, yaitu di Mandalika, Nusa Tenggara Barat.

Baca: Pembangunan Sirkuit Mandalika (Deddy Husein S)

Kabar ini membuat masyarakat Indonesia sangat antusias. Tidak sedikit orang yang langsung berani memastikan akan menjadi bagian dari penonton seri MotoGP di Sirkuit Mandalika 2021. 

Dukungan pemerintah juga besar, bahkan kunjungan presiden juga dilakukan guna meninjau progres pembangunan sirkuit tersebut.

Kabar tak kalah heboh juga menyusul baru-baru ini, ketika Indonesia kembali terpilih sebagai tuan rumah event olahraga. Yaitu, Piala Dunia U-20 pada 2021. 

Meski bukanlah Piala Dunia untuk level senior, namun dengan terpilihnya Indonesia sebagai host event sepak bola yang berlabel Piala Dunia, tentu tetap menjadi kebanggaan bagi masyarakat.

Faktor yang menyertai kebanggaan tersebut adalah adanya pengakuan dari pihak FIFA jika infrastruktur sepak bola di Indonesia saat ini sudah membaik. 

Apalagi jika sudah terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia, maka kualitas stadion di Indonesia sudah dinilai layak, meski perlu ditinjau ulang atau sedikit direnovasi

Baca juga: Tentang PD U-20 (Deddy Husein S.)

Dari sini, Indonesia kian dekat untuk menjadi kompetitor bagi negara-negara lain yang sudah memiliki banyak stadion berstandar FIFA maupun konfederasi (AFC, UEFA, OFC, CONMEBOL, CONCACAF, dan CAF). 

Jika penyelenggaraan Piala Dunia U-20 berjalan sukses, maka tidak menutup kemungkinan bahwa Indonesia akan mampu menjadi tuan rumah Piala Dunia untuk level senior.

Hal ini dapat dicontohkan dengan terpilihnya Brazil, Jepang, Korea, Polandia, dan lainnya sebagai tuan rumah Piala Dunia ketika mereka juga telah akrab dengan turnamen skala Piala Dunia di kelompok umur (junior). 

Pemilihan tuan rumah ini juga biasanya akan terus berputar di negara-negara tersebut (yang pernah menggelar event berskala sama). 

Sehingga, potensi pemilihan tuan rumah di level lainnya maupun bidang olahraga lainnya juga akan menjadi pertimbangan besar bagi asosiasi olahraga internasional.

Contoh paling aktual adalah pemilihan Indonesia untuk menjadi tuan rumah Formula-E. Event balap yang mulai dipopulerkan pada 2014 tersebut akan digelar di Jakarta. 

Sehingga, pihak pemerintah daerah ibukota tersebut segera bergerak untuk membangun sirkuit dan tentunya perlu mengucurkan banyak dana untuk merealisasikannya.

Jika Formula-E benar-benar "mampir" di Indonesia, maka event balap lain pun dapat hadir di depan publik Indonesia, yaitu Formula 1. Event balap yang tak kalah bergengsinya dengan MotoGP bisa saja turut mengikuti jejak MotoGP untuk hadir ke Indonesia.

Meski animo masyarakat Indonesia terhadap event balap jet darat tak seheboh MotoGP, namun Indonesia sepertinya perlu untuk terus mendekati peluang untuk menjadi host berbagai ajang olahraga. Karena, sepertinya melalui cara itulah Indonesia akan kian diperhitungkan dan memiliki potensi untuk menjadi negara maju.

Melalui banyaknya event olahraga di Indonesia, potensi kenaikan devisa negara melalui kunjungan pariwisata dari turis manca negara akan terwujud. Sehingga, pertumbuhan ekonomi akan ditargetkan meningkat dan itu dapat dibuka gerbangnya oleh segala macam event olahraga yang tergelar di Indonesia.

Memang, misi ini juga ada sisi negatifnya. Yaitu, biaya pengeluaran negara untuk membangun infrastruktur setinggi standar internasional tidaklah murah. 

Maka, tak mengherankan jika ada kabar simpang-siur yang menyatakan bahwa akan ada pemangkasan dana negara ataupun dana daerah yang awalnya dialokasikan ke bidang tertentu, justru akan dialokasikan ke event olahraga, seperti event Formula-E.

Tentu kabar ini membuat masyarakat memiliki tanggapan yang beragam. Ada yang pro dan tentunya ada yang kontra. Namun dengan pola ini ataupun pola-pola yang lain -untuk memajukan Indonesia di kancah internasional, Indonesia memang sudah seharusnya berani "bertarung" di meja internasional. 

Memang ini akan terlihat seperti pola kerja pebisnis -ada risiko. Namun, tanpa adanya keberanian mengambil pola semacam ini (menjadi tuan rumah event olahraga), Indonesia selamanya hanya akan menjadi negara penghasil penggemar Meet n Greet.

Padahal dengan kapasitas wilayah Indonesia yang luas, mengapa tidak untuk menjadi tuan rumah event olahraga? Jika Monaco saja bisa, mengapa tidak untuk Indonesia?

Kira-kira, bagaimana dengan Anda, apakah Anda setuju jika anggaran pendidikan Indonesia tinggi tapi anak-anak/adik-adik kita masih banyak yang lebay -sering melawan didikan gurunya? 

Atau, memilih melihat banyak fenomena anak-anak/adik-adik kita struggle dalam menempuh pendidikan, tapi nama Indonesia dikenal sebagai tuan rumah event olahraga terbaik di dunia dan membuat Indonesia kian maju?

Malang, 14 November 2019
Deddy Husein S.

Referensi:

Kompas.com, CNNIndonesia.com, dan Timesindonesia.co.id.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun