Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mentalitas yang Tergerus Karena Media Sosial

9 Oktober 2019   11:30 Diperbarui: 9 Oktober 2019   17:26 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mental illness. (News.Yahoo.com)

Semakin dalam seseorang menyalahkan dirinya sendiri, maka semakin terpuruk mentalnya. Apalagi jika tidak ada jalan keluar, baik itu dari inisiasinya sendiri maupun dari pertolongan orang lain, maka akan sulit untuk segera bangkit.

Sebenarnya, cukup banyak orang yang telah menjadi motivator yang kemudian juga mampu membangkitkan semangat dan mental kita. Namun, yang menjadi persoalan adalah kita seringkali tidak melihat upaya yang nyata alias contoh. Karena, dengan adanya media sosial dan semakin tahunya kita terhadap "kebohongan" di balik unggahan-unggahan di media sosial, membuat kita terkadang juga tidak mudah memercayai tips dari para motivator -tidak bermaksud menjatuhkan peran motivator.

Ujung-ujungnya memang harus kita yang menyembuhkan mental kita (self curing) sebelum terlambat. Karena, di negara yang masih menganggap sakit jiwa adalah aib besar, maka kita juga harus berhati-hati dalam mengungkapkan keluhan terhadap sakit mental. Sekecil apapun bibitnya, kita harus dapat membungkusnya dengan baik.

Itulah yang menjadi problem besar. Karena, kita yang terkadang tidak mampu lekas move on (dari permasalahan) harus menghadapi upaya untuk berbohong -menutupi kenyataan sedang sakit mental. Sedangkan, kebohongan seringkali akan terkuak ketika waktu terus berjalan. Sehingga, ketika kita sendiri tidak mampu menyembuhkan mental kita, maka itu akan menjadi bom waktu.

Lalu, apakah ada cara yang bagus untuk menyembuhkan mental yang bermasalah?

Ilustrasi introspeksi diri. (Kumparan.com)
Ilustrasi introspeksi diri. (Kumparan.com)
Cara dasar yang harus pertama kali dilakukan adalah kita harus intropeksi diri terlebih dahulu. Yaitu, mengenali siapa kita dan seperti apa kita ketika harus berkaca dengan orang lain. Karena dua hal ini penting untuk menentukan arah saat mencari obatnya.

Ketika kita tahu siapa kita (kelebihan dan kekurangan yang dimiliki) dan seperti apa kita (orang lain yang mirip secara karakter), maka akan ada kisi-kisi yang dapat kita ambil dan dicoba. Karena, kita hidup seringkali menggunakan patokan melihat, meniru, dan menguji*. Maka di dalam proses membangkitkan lagi mentalitas, kita juga perlu cara yang sama.

Kita perlu melihat diri kita seperti orang itu, lalu mencari apa yang biasanya dilakukan oleh orang tersebut untuk mencapai suatu hal yang hebat. Dari situ kita dapat melakukannya pula. 

Namun, tetap dengan catatan bahwa kita sudah mengenali diri sendiri. Artinya, jika kita merasa diri sebagai penulis, pemusik, penari balet, pelukis, dan lainnya, maka bangkitlah sebagai sosok tersebut. Walau tak bisa dipungkiri jika sosok yang dicontoh adalah seorang pesepakbola ataupun pembalap motor, misalnya.

Presscon biasanya menarik untuk ditonton bagi pengamat kepribadian. (Motopaedia.com)
Presscon biasanya menarik untuk ditonton bagi pengamat kepribadian. (Motopaedia.com)
Cara untuk mengenali sosok-sosok yang mirip kita, bisa dengan cara mengenalinya secara personality, maupun dengan cara mencari informasi di berbagai media (massa dan medsos). Toh, kebanyakan figur-figur yang sudah dikenal banyak orang (public figure) juga memiliki akun medsos, maka tidak akan kesulitan untuk mencari tahu tentangnya.

Jika cara ini dilakukan, maka catatan penting yang harus diingat adalah jangan melihat karakter seseorang berdasarkan konten yang diunggah saja, melainkan melihat juga bagaimana orang tersebut mengunggah kontennya. Apakah simpel, beralur, acak, dan sejenisnya. Dari sini, kemudian kita cross check dengan kepribadian kita, apakah pola hidup kita seperti gambaran tersebut -pada orang itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun