Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Livi Zheng Tidak Sendiri

6 September 2019   19:20 Diperbarui: 7 September 2019   10:14 2566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Livi Zheng dan Pak Rijanto (bupati Blitar). | Poskotanews.com

Inilah yang menjadi permasalahan ketika terjadi pada sosok-sosok yang sudah terlena terhadap apa yang sudah dimiliki atau yang dikreasikan (walau masih belum banyak). Kemungkinan faktor semacam ini sedang melanda kepribadian Livi Zheng ataupun orang-orang yang suka melakukan hiperbolis terhadap pencapaiannya.

Keempat, siklus kehidupan. Terasa berat faktor ini untuk diungkap, namun memang pada kenyataannya kita hidup dengan adanya siklus. Semua orang pasti pernah berada di fase (merasa) di puncak dan di bawah.

Ketika seseorang sedang merasa di atas, maka ada peluang baginya untuk membanggakan karyanya termasuk dirinya sendiri. Begitu pula ketika sedang jatuh. Ada kemungkinan bagi orang-orang itu untuk mencari belas kasih maupun mencoba untuk mengambil jalur (pintas/berliku) untuk dapat bangkit.

Namun, apa yang terjadi pada Livi Zheng ini kemungkinan adalah sedang berada di level puncak. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa film yang mirip skema dokumenter tersebut merupakan karya yang tidak dapat diremehkan.

Keterlibatan orang-orang kreatif dari luar negeri dan juga adanya unsur budaya yang dimiliki Indonesia (Bali), tentu membuat masyarakat Indonesia dan dunia cukup takjub -berdasarkan trailer yang dirilis sekitar beberapa bulan lalu.


Ketakjuban (dari publik) inilah yang memungkinkan bagi Livi Zheng untuk membentuk dirinya sebagai orang yang berhasil dalam menghasilkan karya yang bagus dan perlu mendapatkan pengakuan. Dari sinilah kemudian muncul tindakan hiperbolis terhadap pencapaiannya.

Kelima atau yang terakhir adalah persaingan ketat di dunia kreatif. Zaman yang semakin maju membuat perkembangan teknologi memudahkan setiap individu dapat menghasilkan karya. Tentu hal ini tidak seperti di masa lalu.

Jika dulu, seseorang yang dapat menyanyi harus berupaya keras menembus dapur rekaman untuk dapat menghasilkan sekeping rekaman dari suaranya. Sedangkan saat ini, semua orang dapat merekam suaranya yang masih fals itu kapan saja dan di mana saja.

Hal ini juga berlaku dalam hal sinematografi. Semakin mudahnya seseorang membangun relasi melalui internet akan membuat siapa saja dapat mencari teman untuk berproses bersama dan menghasilkan karya. Siapa yang paling kreatif, dialah yang nanti akan cepat viral.

Begitu pula dengan siapa yang paling kontroversi, maka masyarakat tidak akan berpikir panjang untuk membuatnya menjadi trending topic.

Situasi ini sepertinya juga menjadi bagian dari apa yang sedang terjadi pada Livi Zheng. Ada kemungkinan jika dirinya memanfaatkan tindakannya sebagai suatu kontroversi yang dapat "membangun" namanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun