Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seandainya Indonesia Tanpa Listrik

5 Agustus 2019   12:54 Diperbarui: 6 Agustus 2019   02:30 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dewasa ini listrik sudah menjadi kebutuhan pokok masyarakat dunia dan Indonesia. (Klikhijau.com)

Tentunya saya harus menunggu sampai listrik menyala ketika ingin menulis. Begitu pula untuk membaca berita dan bercengkerama di ponsel. Harus saya kurangi agar daya baterai gadget saya bisa awet sampai siang.

Apa yang saya lakukan ini kemudian saya korelasikan dengan apa yang terjadi di wilayah pemadaman listrik kemarin (4/8). Memang terasa sulit, apalagi jika pemadaman itu berdurasi sangat panjang dan sampai malam hari. Namun, sebenarnya jika masyarakat Indonesia selalu membuka mata ke seluruh daerah Indonesia, maka, kita akan tahu bahwa di daerah-daerah lain juga pernah mengalami situasi yang serupa.

Salah satu contohnya adalah daerah Tanjung Palas di Kabupaten Bulungan, salah satu daerah di Provinsi Kalimantan Utara. Di sana sekitar tahun 2018 sampai awal-awal tahun ini sering diberlakukan pemadaman listrik. Bahkan, tidak hanya di kala pagi atau siang, namun juga sampai malam.

Kabarnya, hal ini terjadi karena kebijakan pemerintah daerah setempat dan (mungkin) langkah antisipatif maupun penghematan listrik secara massal dan paksa. Menurut orang yang tinggal di sana, hal ini terasa sangat mengganggu kegiatan sehari-hari. Apalagi bagi orang-orang yang berwirausaha. Biasanya, mereka sangat membutuhkan pasokan listrik yang stabil agar usahanya juga tidak terkendala.

Hal inilah yang membuat saya berpikir bahwa sebenarnya tidak hanya masyarakat daerah pasca gempa yang mengalami hal demikian. Masyarakat di daerah lain pun mengalaminya juga. Perbedaannya adalah standar kebutuhan kita dan jaringan kita yang terkadang berbeda.

Masyarakat Tanjung Palas yang mengalami pemadaman listrik itu tidak heboh -secara nasional. Mereka tetap dapat beraktivitas meski harus mampu mencari strategi agar tidak sampai mengambing-hitamkan listrik, apalagi PLN. Mereka juga tetap tenang meski pemadaman itu tergolong sangat sering dan di beberapa waktu dapat terasa sangat lama durasi pemadamannya.

Itulah yang membuat saya melihat bahwa masyarakat di daerah lain memiliki ketangguhan dalam menghadapi kendala tersebut. Padahal mereka sama seperti masyarakat di seluruh daerah; butuh listrik. Namun, mengapa mereka tidak viral dan tidak menyinggung kinerja PLN? Mengapa "masyarakat pasca gempa" justru mengeluh terhadap pemadaman listrik itu?

Ibu saya tadi malam sempat berkata bahwa, wajar jika listrik di sana padam. Karena di sana baru saja mengalami gempa (apalagi gempa tektonik). Inilah yang menggiring saya pada suatu fakta bahwa gempa tektonik itu memiliki potensi sangat besar dalam merusak Bumi. Tidak hanya berpotensi menghadirkan tsunami, namun juga mampu merusak pangkal listrik di Bumi -di daerah yang terkena gempa. Sehingga, apa yang terjadi di daerah pasca gempa itu sebenarnya adalah keniscayaan.

Pemadaman listrik secara accident itu juga mempengaruhi kualitas sinyal ponsel. Ini yang menjadi pokok utama kegalauan. (Indopolitika.com)
Pemadaman listrik secara accident itu juga mempengaruhi kualitas sinyal ponsel. Ini yang menjadi pokok utama kegalauan. (Indopolitika.com)

Satu faktor lainnya yang membuat masyarakat yang mengalami pemadaman listrik banyak mengeluh -online- adalah karena mereka adalah masyarakat yang over limit user terhadap listrik. Apalagi daerah industrial seperti Jabodetabek. Maka, tidak begitu mengherankan juga jika mereka sangat terguncang dengan kejadian ini.

Maka dari itu saya sedikit berpendapat tentang evaluasi pasca gempa bagi masyarakat Indonesia, baik yang berada di titik terdekat hingga yang terjauh -dari gempa. Sebaiknya, kita tidak hanya menyiapkan diri terhadap kemungkinan akan kehilangan harta benda saja -ketika musibah itu terjadi, namun juga harus menyiapkan diri terhadap kemungkinan akan kehilangan pasokan listrik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun