Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Tiga Tokoh Muslim Ini Selaras dengan Pola Pikir Indonesia

27 Mei 2019   19:02 Diperbarui: 27 Mei 2019   19:12 849
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tiga tokoh. (Biografly.com)

Artinya, agama memiliki peran krusial di dalam berkehidupan sosial. Menjadi krusial karena ajaran agama seringkali menjadi pilihan bagi masing-masing orang. Apakah ingin melakukannya atau tidak. Sehingga, agama diidentikkan pada keyakinan. Siapa yang yakin, maka dia akan melakukan ajaran agamanya dengan baik. Siapa yang tidak yakin, maka dia akan mengabaikan atau tidak terlalu fanatik terhadap agamanya---hanya mengambil sisi-sisi ajaran yang diperkirakan sesuai dengan apa yang dialami saat itu saja.

Hal ini yang kemudian menjadi rancu ketika agama menjadi budaya. Sehingga, apa yang diajarkan di dalam agama menjadi seolah-olah harus dan kemudian ajaran tersebut dilakukan untuk menjadi perilaku sosial. Apa artinya?

Maka kegiatan beragama akan menjadi santapan publik dan menjurus pada kebenaran yang harus dibenarkan ketika terjadi perbedaan---dengan agama lain. Inilah yang menjadi permasalahan di Indonesia dan ini pula yang seringkali tersorot di dialog keagamaan Quraish Shihab.

Selain Quraish Shihab, sosok lain yang membuat penulis merasa sepemikiran adalah Ustadz Wijayanto. Kehadirannya juga cukup terjamah dengan mudah ketika dirinya hadir di acara tv  yang inspiratif seperti Hitam Putih. Berdampingan dengan host yang non-muslim seperti Deddy Corbuzier ternyata selaras dengan pemikirannya yang 'Indonesia' sekali.

Ustadz Wijayanto. (Jpnn.com)
Ustadz Wijayanto. (Jpnn.com)
Ditambah dengan bumbu-bumbu humor khas pendakwah, maka, dialog-dialog beliau sangat menarik untuk dicermati oleh penulis. Bahkan, sosok ini bisa diprediksi telah menjadi tokoh agama pilihan bagi pemuda di Indonesia dan tak hanya bagi yang muslim namun juga yang non-muslim.

Analogi dari penjabaran ilmu agama yang disampaikan seringkali tepat dan mudah untuk dipahami oleh masyarakat. Inilah yang menjadi nilai kelebihan dari Ustadz Wijayanto dan tentunya pengetahuan agamanya akan selalu dinantikan oleh penulis meski hanya melalui Youtube dan televisi.

Tokoh terakhir yang penulis cantumkan di sini adalah sosok yang sedang kembali menggema namanya, yaitu Musdah Mulia. Beliau bisa disebut sebagai tokoh agama di Indonesia namun juga dapat pula disebut sebagai tokoh perempuan, yang mana kegiatannya juga seringkali beratasnamakan peran perempuan.

Musdah Mulia. (Datdut.com)
Musdah Mulia. (Datdut.com)
Nama beliau diketahui oleh penulis ketika ada pembahasan tentang pilpres dan pilkada. Hal ini merujuk pada sebuah pernyataan---yang telah dikutip bebas, yaitu "Pemimpin yang terpilih haruslah yang beragama Islam." Pernyataan ini sebenarnya berkorelasi pada pilkada DKI Jakarta yang mengedepankan dua calon gubernur, Anies Baswedan dan Basuki Tjahja Purnama (Ahok/BTP).

Saat itu, publik Jakarta merasa galau ketika mendapati dua sosok tersebut. Uniknya hal ini juga merembet ke masyarakat Indonesia secara umum. Maklum, karena berbicara soal Jakarta, maka, juga dapat disebut pula sedang membicarakan tentang Indonesia versi mini. Kegalauan masyarakat terjadi karena Indonesia merupakan negara mayoritas muslim yang besar bahkan terbesar di dunia. Maka dari itu, masyarakat berpikir bahwa negara bermayoritas penduduknya muslim seharusnya juga dipimpin oleh pemimpin yang muslim juga.

Inilah yang menjadi perdebatan yang meruncing sejak pilkada tersebut bahkan sampai saat ini, dan peristiwa seperti itu juga tersorot oleh Musdah Mulia yang juga mengomentarinya dengan penafsirannya dari buku-buku yang bersangkut-paut pada ajaran dan praktik agama (Islam).

Namun, berbicara tentang beliau, penulis lebih tertarik pada sisi pemikirannya tentang perempuan dan Islam---yang di sini lebih cenderung pada Arabisasi terhadap Indonesia. Menurut beliau---berdasarkan pemahaman penulis, Indonesia akan kembali krisis 'perempuan' ketika Indonesia menjadi negara yang berfaham Islam ortodoks/konservatif. Karena, pemikiran yang konservatif cenderung mengunggulkan peran laki-laki di publik dan menempatkan (kembali) perempuan ke ranah domestik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun