Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kartu Debit, Solusi Berbelanja di Bulan Ramadan yang Meningkat

15 Mei 2019   15:17 Diperbarui: 15 Mei 2019   15:32 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penggunaan kartu debit/transaksi non-tunai. (Liputan6.com)

Sebenarnya kartu debit bukanlah suatu fitur baru dalam kehidupan masyarakat ekonomi di Indonesia. Karena, sudah banyak bukti transaksi yang dilakukan masyarakat dengan menggunakan kartu debit. Misalnya ketika berada di minimarket, swalayan, ataupun mall. Keberadaan kartu debit diperkirakan dapat membuat keringanan bagi masyarakat untuk tidak harus selalu membawa dompet tebal berisi uang. Cukup membawa kartu debit, kita bisa melakukan transaksi apapun. Namun, dengan catatan bahwa tempat perbelanjaan yang kita kunjungi menerima pembayaran melalui kartu debit.

Untuk ukuran kota besar, keberadaan minimarket, swalayan, hingga mall, tentunya sudah tidak asing dengan pelayanan pembayaran dengan kartu debit. Namun, dewasa ini penggunaan kartu debit masih belum masif. Artinya, masyarakat Indonesia masih mempertahankan kebiasaan membayar tunai dibandingkan melalui kartu debit.

Secara pribadi, penulis juga merupakan salah satu dari jutaan penduduk Indonesia yang belum sepenuhnya memanfaatkan kartu debit sebagai alat transaksi dalam berbelanja. Namun, di momen tertentu, penulis juga pernah melakukannya, khususnya saat melakukan transaksi untuk membayar pembelian gadget. Sebagai antisipasi keamanan, biasanya penulis memilih membawa dompet dan beberapa lembar uang yang biasanya digunakan untuk melakukan pembelian umum. Seperti mampir ke warung makan, ataupun memberikan sumbangan receh ke pengemis yang ada di depan minimarket.

Sedangkan untuk melakukan transaksi yang bernilai besar, penulis memilih membawa kartu debit yang nantinya tinggal diberikan ke petugas kasir. Di sinilah letak keuntungan ketika menggunakan kartu debit sebagai alat transaksi. Yaitu, keamanan.

Dengan penampilan dompet tipis---tidak membawa uang banyak, tentu akan membuat situasi tetap kondusif. Karena, tidak akan ada yang tertarik dengan dompet tipis, apalagi yang terlihat kumal. Maka dari itulah, penggunaan kartu debit lebih praktis dan aman karena dapat disimpan di mana saja (tidak harus di dompet).

Selain itu, transaksi akan lebih aman karena juga dilakukan oleh petugas kasir. Sehingga kita tidak perlu repot menghitung uang yang akan dibayarkan maupun kembaliannya berapa. Cukup sekali serah-terima dengan selembar kartu debit, transaksi akan berjalan lancar.

Penggunan kartu debit diprediksi akan semakin dibutuhkan ketika intensivitas berbelanja meningkat. Artinya, dengan keharusan kita berbelanja dari satu tempat ke tempat lain, maupun harus berbelanja dengan sekali waktu langsung banyak, maka, akan sangat merepotkan jika kita menggunakan uang tunai.

Apalagi bagi laki-laki yang mengidamkan kepraktisan, maka, akan cenderung memilih menggunakan kartu debit daripada harus mengeluarkan dompet tebal dan menghitung dulu uang yang akan dikeluarkan.

Hal ini bisa terjadi ketika berada di momen seperti bulan Ramadan. Tidak bisa dipungkiri bahwa belanja bulanan akan terlihat membengkak (meski sebenarnya tidak). Karena, harus berbelanja model penyetokan dalam jangka waktu lebih dari hitungan hari. Jika biasanya belanja makan-minum dapat dilakukan setiap hari ataupun per tiga hari sekali. Maka, di bulan Ramadan harus melakukan sistem penyetokan minimal dengan hitungan per minggu.

Praktik ini tidak hanya dilakukan oleh pasutri atau orang-orang yang sudah berkeluarga. Bagi orang-orang yang masih hidup sendiri juga akan melakukannya. Karena, biasanya kebutuhan belanja itu akan menyukupi kebutuhan makan sahur dibandingkan untuk berbuka.

Hal ini disebabkan waktu berbuka masih bisa memungkinkan bagi tiap individu untuk makan di tempat umum dan bersama orang lain. Berbeda dengan waktu bersahur yang biasanya lebih mengandalkan apa yang bisa segera disajikan setelah bangun tidur. Maka dari itu, tidak ada momen bersahur bersama dibandingkan berbuka bersama, bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun