Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Mengapa Juventus Tetap Dominan di Serie A Musim Ini?

19 April 2019   14:13 Diperbarui: 20 April 2019   21:21 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selebrasi gol Juventus. (Cbc.ca)

Pertanyaan ini bisa mengemuka, karena melihat rentetan juara Juventus terus berlanjut bahkan sampai di musim ini. Walau belum resmi dinyatakan juara, siapapun pasti sudah dapat melihat bahwa Juventus pasti juara. Selisih poin yang begitu besar* dapat membuat Juventus akan kembali merayakan scudetto---sebutan juara liga di Serie A.

Lalu, apakah benar Juventus berjaya karena kualitas mereka adalah yang terbaik? Atau, sebenarnya para rival yang tidak memiliki kualitas yang sejajar dengan Juventus?

Jika melihat secara permainan, Juventus memang lebih baik. Selain itu, mentalitas untuk memenangkan pertandingan terlihat selalu tinggi. Termasuk ketika berduel dengan para rival.

Seperti saat melawan AC Milan, Juventus berhasil menang di dua pertemuan Serie A. Melawan Inter Milan, Chiellini dkk menang di pertemuan pertama (pertemuan kedua belum digelar). Begitu pula saat melawan runner up sementara, Napoli. Skuad Bianconerri sukses memenangkan dua pertemuan di musim ini. Artinya, tidak ada yang mampu menghentikan laju Juventus di musim ini (lagi).

Begitu pula ketika melihat performa Juventus di kompetisi Eropa. Hanya Juventus yang mampu tampil lebih baik. Karena Inter Milan, AS Roma, dan Napoli tidak mampu berbuat banyak. Bahkan nama terakhir harus mengikuti jejak Juventus, tersingkir dari UEFA Europa League. Artinya, dua tim terbaik Serie A saat ini memiliki nasib yang sama. Terkhusus pada Napoli, yang mana mereka adalah satu-satunya harapan dalam upaya menjegal laju Juventus di Serie A musim ini.

Harapan ini bukan tanpa sebab. Karena, Napoli kini dilatih oleh salah seorang pelatih Italia terbaik, Carlo Ancelotti. Bermodalkan banyak pengalaman melatih klub Italia dan Eropa, tentunya Don Carletto diharapkan dapat membawa Napoli untuk menyaingi Juventus secara ketat. Namun, harapan tinggal harapan, yang terjadi saat ini tetap seperti apa yang terjadi di musim-musim sebelumnya. Tidak ada yang mampu menghentikan laju impresif Juventus. Baik itu klub papan atas maupun klub kuda hitam.

Di satu sisi, ini adalah suatu hal yang menguntungkan bagi Juventus apalagi bagi pendukungnya. Namun, di satu sisi, ini dapat berimbas pada kualitas sepakbola Italia secara keseluruhan.

Apalagi jika melihat permainan tim-tim Italia saat berlaga di kompetisi Eropa. Cara mainnya tidak lebih dari klub-klub peringkat 4-6 dari wakil Liga Inggris, ataupun klub-klub kuda hitam dari Belanda dan Jerman. Padahal status mereka di Serie A adalah tim papan atas.

Salah satu contohnya adalah Napoli
Contoh pertandingan yang paling segar adalah saat Napoli bermain di Liga Europa dan bertemu dengan peringkat keenam Liga Inggris musim lalu, Arsenal. Sebelum melangkah pada hasil akhirnya, kita perlu melihat kembali bagaimana permainan Napoli baik di leg pertama maupun di leg kedua. Tidak jelas!

Memang di leg pertama permainan Napoli lebih bagus. Mereka lebih berani keluar menyerang dan cukup tajam dalam mengancam pertahanan dan gawang Arsenal. Namun di leg kedua, performa Napoli justru terlihat cepat kehilangan arah. Frustrasi! Bahkan pemandangan ini sudah terlihat jauh sebelum gol semata wayang Arsenal dari Alexandre Lacazette tercipta. Napoli benar-benar terlalu cepat kehilangan arah.

Inilah yang terlihat aneh. Karena, mengingat mereka tampil di kandang sendiri dan memiliki pelatih yang seharusnya sangat faham dengan cara main klub asal Inggris. Namun, prakiraan itu tidak terjadi di pertandingan 8 besar ini. Mereka justru seperti terlihat sedang 'belajar menyerang', karena tidak banyak ancaman yang tepat sasaran.

Bahkan tendangan melenceng semakin banyak tercipta di babak kedua, akibat frustrasi yang sudah tidak bisa dibendung lagi. Ironis. Namun bisa jadi inilah yang sebenarnya sering terjadi di Serie A. Jangan-jangan, kualitas dan mentalitas Napoli memang belum mampu untuk menyaingi Juventus.

Melihat permainan yang sangat boros peluang dan juga pola serangan yang tidak begitu baik, maka, tidak mengherankan jika penghuni peringkat kedua Serie A ini dapat dikalahkan oleh penghuni peringkat keempat sementara Premier League.

Inilah yang bisa disebutkan bahwa Napoli masih belum bisa menumbuhkan daya juang tinggi untuk dapat memenangkan pertandingan.

Skema yang tidak rapi juga membuat kualitas Carlo Ancelotti dalam meramu taktik bisa dipertanyakan. Mengapa dia bisa membiarkan para pemainnya cepat frustrasi dan tidak tenang dalam mengeksekusi peluang? Atau benarkah mereka terbayangi beban terlampau berat yang masih sulit mereka tanggung? Yaitu, menjadi wakil Italia yang harus mampu bertahan di kompetisi Eropa musim ini.

Pasca gugurnya Juventus di Liga Champions, maka, bisa diperkirakan jika publik Italia mulai berharap kepada Napoli untuk 'menyelamatkan muka' sepakbola Italia. Namun, inilah yang ternyata membuat para pemain terlihat cepat kecewa dan tidak tenang ketika mereka kehilangan peluang-peluang.

Hal ini bisa dilihat dari ekspresi Lorenzo Insigne dan Arkadiusz Milik. Dua pemain yang menjadi andalan Napoli di lini depan ini seringkali tertangkap kamera sedang menunjukkan frustrasinya---bukan sekadar kecewa.

Hal ini kemudian diperparah dengan gol 'killing the game' dari eksekusi tendangan bebas Lacazette yang membuat Insigne semakin kehilangan kontrol.

Pemandangan seperti ini yang kemudian tidak bisa 'disembuhkan' di babak kedua. Apalagi misi mereka semakin mustahil, yaitu harus mencetak empat gol.

Maka tidak salah, jika Ancelotti membiarkan para pemainnya bermain tanpa instruksinya secara langsung. Hal ini agar membuat para pemain tidak semakin tertekan. Keputusan yang bijak walau tentunya bukan hal yang bagus bagi seorang pelatih yang sudah sewajibnya untuk selalu mengomando para pemainnya secara langsung.

Napoli terdepak
Namun, yang disayangkan adalah Napoli tersingkir dengan menunjukkan wajah sepakbola Italia yang cukup menyedihkan. Karena, mereka tidak mampu memberikan permainan yang terbaik. Seandainya mereka minimal mencetak satu gol saja, itu bisa memberikan 'hadiah' kepada pendukungnya. Selain itu, juga bisa membuktikan bahwa mereka sudah sangat keras untuk berusaha---di luar dari menunjukkan ekspresi frustrasi.

Satu hal yang unik dari pertandingan Napoli vs Arsenal adalah terdengarnya teriakan "FOCUS!"
Entah dari kubu mana teriakan ini menggema---mungkin dari Arsenal, namun, instruksi ini bisa menjadi sentilan kepada Napoli. Bahwa, cara bermain yang terbaik adalah tetap fokus. Menjaga konsentrasi dan mencoba merawat selama mungkin asa untuk dapat mencetak gol. Minimal satu gol. Bukan empat gol.

Jika hal ini yang terjadi di Napoli, mungkin hasilnya akan sedikit berbeda. Setidaknya, publik (tifosi Napoli maupun penikmat sepakbola yang netral) masih bersedia memberikan respek kepada mereka. Jika seandainya, mereka tetap mampu menjaga fokus bermain.

Namun, fokus itu ternyata hanya dimiliki oleh Arsenal dan itulah yang membuat Arsenal berhasil menang di laga ini. Cukup dengan satu gol, The Gunners melenggang ke semifinal. Suatu 'prestasi' yang serupa dengan apa yang mereka capai di musim kemarin.

Artinya, Arsenal memiliki kemampuan untuk menjaga standar paling minimal, dan itu perlu dua hal. Yaitu, tidak hanya pada teknik bermain namun juga mentalitas kolektif. Dua hal ini untuk upaya mencapai apa yang mereka targetkan. Menang dan juara.

Suatu hal yang sebenarnya juga (pasti) ada di benak para pemain Napoli. Namun, jika melihat dari cara bermain mereka dini hari tadi (19/4), akan mustahil bagi Napoli untuk dapat merengkuh kemenangan apalagi juara, dan itu tidak hanya berlaku di kompetisi Eropa, namun juga di Serie A.

Jika ingin juara, jangan cepat putus asa dan tetap fokus. Jangan frustrasi. Itu yang terpenting, dan sepertinya itu yang hanya dimiliki oleh satu klub di Serie A, Juventus. Maka, tak mengherankan jika sampai musim ini, Si Nyonya Besar masih duduk di singgasana. Karena, merekalah yang terbaik dalam berjuang dan fokus.

"FOCUS and KEEP FIGHT!"

Malang, 19 April 2019
Deddy Husein S.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun