Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

KPI Tegur Beberapa Stasiun TV Akibat Iklan Shopee-Blackpink

12 Desember 2018   09:31 Diperbarui: 12 Desember 2018   09:46 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Blackpink-Shopee (kpopchart.net)


"Moralitas digaungkan dengan pemberlakuan sensor, tapi bagaimana dengan sinetron yang menghadirkan adegan percintaan?"


Berapa durasi satu brand untuk iklan di televisi (tv)?
Berapa part adegan dalam satu iklan tersebut?
Di manakah letak fokus pemirsa saat menonton iklan tersebut?

Tiga pertanyaan ini yang perlu diperhatikan, sebelum kita mulai menilai pantas dan tidak pantasnya sebuah iklan itu untuk ditayangkan dan dapat disaksikan oleh pemirsa dari segala latar belakang usianya.
Siapa yang tidak ingin dapat menyaksikan idolanya dikontrak oleh sebuah brand yang dapat muncul di tv sebagai iklan?

Cristiano Ronaldo, Lionel Messi, pemain Manchester United, dan publik figur internasional lainnya telah muncul di iklan-iklan tv dan semuanya (atau tidak semuanya) telah antusias menonton iklan tersebut---hanya untuk melihat aksi idolanya.

Hal semacam ini mungkin dirasakan oleh fans dari Blackpink---Blink (nama fandom girl group asal Korea ini). "Kapan lagi, lihat Lisa, Ros, Jisoo, dan Jennie nongol setiap hari di tv tanpa perlu buka Youtube?"

Logika lainnya dan paling umum adalah seberapa harus kita menyaksikan iklan, jika iklan itu tidak lebih menarik dibandingkan program tv yang sedang kita saksikan. 

Bahkan, tidak menutup kemungkinan, di saat iklan berlangsung, ibu ke dapur mengambil minuman hangat, ayah ke kamar untuk ambil sarung, kakak ambil camilan di kulkas, atau diri sendiri yang langsung kembali fokus ke gadget untuk chattingan dengan teman.

 Sekiranya tak akan banyak fokus yang diambil bagi pemirsa tv saat iklan muncul mengambil jeda dari program tv yang sedang ditayangkan.

Mungkin hanya Blink dan pengagum personil Blackpink yang akan mencoba menunggu-tunggu kehadiran iklan Shopee versi Blackpink---karena sebelumnya juga ada versi Via Vallen dan selebritis lokal lainnya di brand toko online shop ini. Bahkan sebenarnya, mereka yang menyukai Blackpink juga tidak akan terus menerus menonton iklan tersebut. 

Begitu pula bagi mereka yang setiap hari nonton tv, juga tidak akan terpicu dengan kehadiran Blackpink---yang penampilannya dinilai 'berbeda' dengan selebritis lainnya.

Jika penampilan Blackpink dikecam dan dikhawatirkan akan merusak moralitas masyarakat Indonesia dan anak-anak sekaligus para remajanya. Itu terdengar unik. Kenapa?

Karena media yang diperdebatkan di sini adalah iklan. Bukan music videonya (MV), atau foto kontroversi mereka yang terpampang di sebuah platform sosial media lalu diviralkan.

Ini hanya iklan, lho. Apakah karena iklan Shopee dengan Blackpink yang berpenampilan seperti itu kemudian membuat masyarakat (MAAF) bermasturbasi massal? Memicu pornoaksi dan diviralkan (zaman sekarang 'semut kawin' saja diviralkan) hanya karena iklan Shopee ft. Blackpink?

Apakah moralitas bangsa akan rusak hanya karena iklan 40-58* detik itu?
Bagaimana dengan sinetron yang mengisahkan tentang percintaan di masa SMA, lalu adegan baku hantam (mirip premanisme), pertikaian suami-istri karena perselingkuhan---too classic and so bored, dan kisah-kisah lainnya di sinetron atau ftv yang belum saatnya ditonton oleh anak remaja masa kini tersebut?

Justru adegan-adegan di dalam cerita itulah yang membuat anak SD zaman sekarang sudah pacaran, siswa SMP sudah mengenal hubungan seksual, siswa SMA sudah jadi pekerja seks komersial (PSK), dan kejanggalan sosial lainnya.

Justru, pengaruh perilaku dari publik figur yang setiap hari muncul di layar tv dan kehidupan pribadi kacaunya yang terus menerus diekspos oleh media massa itulah, yang perlu mendapatkan kecaman dan petisi massal. Bukan sebuah iklan yang hanya memiliki tujuan mengeksplorasikan brand-nya agar lebih dikenal dan diminati oleh masyarakat.

Anak SD zaman sekarang ketahuan pacaran, lalu yang disalahkan adalah kartun dan anime yang ada kisah percintaannya. Padahal sebenarnya, di era 2000-an saja anak SD (apalagi jika menjelang kelulusannya) itu memang sudah mengenal perasaan saling suka terhadap lawan jenis---normal. 

Bedanya, saat itu belum ada kamera di gadget yang kemudian dapat mengabadikan setiap hal yang terjadi pada anak-anak SD pada saat itu.

Begitu pula dengan kasus pelecehan seksual yang masih merebak di masyarakat Indonesia saat ini. Itu bukan karena tayangan 'aneh-aneh' di tv saja yang menjadi faktor penyebabnya, namun juga karena kehidupan di sekitarnya.

 Bisa jadi, seorang anak menjadi 'liar' di luar rumah, karena tidak menemukan kenyamanan saat di rumah---mungkin kedua orangtua sering tidak akur.

So complicated, jika kita membahas tentang moralitas dan permasalahannya. Karena, banyak faktor yang dapat menjadi latar belakang dari terjadinya sesuatu yang menyimpang dan akhirnya dilihat masyarakat saat ini.

Jadi, masihkah harus kita 'menghukum' sebuah iklan hanya karena keberadaan Blackpink dengan penampilan yang sedemikian rupa?

Mari kita hitung jumlah durasi bagi pemirsa tv tersebut berdasarkan usianya.
Apakah kita yakin, bahwa anak (saat ini berusia 10 tahun ke atas) lebih banyak menonton tv daripada orangtuanya? (mari kita renungkan bersama---dewasa ini, banyak anak-anak berusia belasan sampai dua puluhan tahun yang mengeluhkan tv di rumah 'dikuasai' ibunya.
Artinya apa?

Mereka nyaris tidak pernah dapat menonton televisi dengan leluasa, bukan?
Begitu pula dengan selera. Anak-anak kita punya selera tontonan yang berbeda dengan orangtuanya.
Apa yang ditonton orangtuanya?
Sinetron menduduki peringkat pertama untuk ditonton.
Kontes musik dangdut.
Serial India.
Terakhir, baru kemungkinan ada yang menonton acara talkshow.

Jika melihat hal semacam itu, siapa yang akan kena dampak dari tayangan di tv? Anak atau orangtuanya?
Jika orangtuanya, apakah kemudian dengan usia 40-an tahun lebihnya, masih akan tercemari moralitasnya dengan tayangan tersebut?
Jika iya, berarti mulai sekarang, setiap petisi yang dilayangkan atas dasar ketidaksopanan dan penyelewengan dari ideologi bangsa, itu harus berdasarkan misi untuk menyelamatkan para orangtua kita, bukan anak-anaknya.
Begitu?

Bagaimana dengan kekhawatiran tentang kebebasan anak-anak dalam mengakses segala informasi dengan gadgetnya?
Betul, bisa saja mereka menonton siaran tv dengan streaming---juga menonton iklan Shopee-Blackpink tersebut.

Tapi apakah benar, jika anak-anak itu akan hanya menghabiskan beberapa megabyte paket data internetnya hanya untuk menonton iklan Shopee-Blackpink dengan durasi 58 detik itu dan berkali-kali?
Bahkan melihat iklan muncul di tayangan video di Youtube saja, mata ingin sekali segera bertemu dengan tombol skip ads. Betul?

Mau sekontroversi apapun iklan di Indonesia, masyarakat yang sudah ditanamkan mata pelajaran PKn, Agama, Bahasa Indonesia dan Daerah sedari kecil, tidak akan mudah 'terciduk' gairahnya hanya dengan tontonan iklan.

SANGAT YAKIN, bahwa moralitas masyarakat Indonesia tidak serendah itu.


Malang,
11-12-2018
Deddy Husein S.

Catatan:
*: durasi iklan Shopee saat dilihat di Youtube adalah 58 detik---karena tidak mungkin menghitung durasi iklan tersebut saat tayang di televisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun