Mohon tunggu...
Fery Deddy Fahriza
Fery Deddy Fahriza Mohon Tunggu... Lainnya - Music is my soul

Without deviation from the norm, progress is not possible by Frank Zappa

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Hati-hati, Kebijakan Baru RI Soal Ekspor Nikel Bisa Bikin Kabur Investor

20 September 2021   07:39 Diperbarui: 20 September 2021   09:43 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengolah nikel di industri. Sumber foto: Bisnis.com

Indonesia yang kaya dengan sumber daya alam termasuk nikel sedang bersiap menjadi pemenuh kebutuhan kendaraan listrik (Electric Vehicle) dunia. 

Namun, untuk mencapai posisi tersebut, diperlukan beberapa bantuan terutama dalam pengetahuan untuk mengolah nikel menjadi barang setengah jadi bahkan ke barang jadi yang sempurna. Di sinilah peran investor dibutuhkan.

Misalnya saja, kabar bahwa Tesla akan berinvestasi mengenai pembuatan mobil listrik di Indonesia sudah berhembus sejak awal tahun. Namun tidak hanya Tesla yang mengincar 'harta karun' RI sebagai bahan baku baterai EV. Banyak negara-negara lain yang tertarik untuk mengembangkan industri baterai listrik di Tanah Air.

Mengapa para investor ini tertarik? Karena Indonesia dikatakan hanya perlu 5 tahun untuk mencapai mata rantai industri baterai lithium, sedangkan negara seperti Tiongkok bisa memakan waktu hingga 20 tahun. 

Hal ini diungkap oleh salah satu investor kawasan industri IMIP kala berbincang dengan 3 Menteri RI mengenai masa depan mobil listrik Indonesia di bulan Juli silam.

Namun, ketika Indonesia sudah mulai menjajaki kesempatan menjadi produsen EV dengan dibangunnya pabrik baterai mobil listrik hingga klaster baterai EV di Morowali, malah muncul kebijakan baru yaitu perihal ekspor untuk produk nikel dengan kandungan nikel kurang dari 70%.

Nantinya hanya produk nikel yang memiliki kandungan hingga 70 persen atau hampir jadi yang akan diekspor.

Hal ini diterangkan oleh Menteri Investasi RI yaitu Bahlil Lahadalia pada Jumat (17/9), karena ingin mendorong ekspansi industri pengolahan dalam negeri terutama untuk produk yang diolah dari nikel seperti baterai hingga kendaraan listrik (EV).

"Ini dalam rangka supaya bagaimana kita membuat desain besar agar mata rantai hilirisasi nikel bisa dimanfaatkan," ujar Bahlil dalam konferensi pers secara virtual, Jumat, (17/9).

Hilirisasi memang sedang digerakkan oleh pemerintah bahkan dijadikan sebagai salah satu kunci pengembangan ekonomi Tanah Air yang lebih maju di masa depan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun