Mohon tunggu...
Debi Setyawan
Debi Setyawan Mohon Tunggu... Guru - Guru Madrasah

Magister Pendidikan, Guru MI Terpadu Lailatul Qodar Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ayah, Perjuanganmu Sangat Mulia

3 Oktober 2019   22:23 Diperbarui: 3 Oktober 2019   22:31 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari itu pukul 05.30 WIB putraku mengajakku untuk bersepeda ke tengah sawah untuk melihat pemandangan alam di pagi hari. "Ayah, ayah ayo bersepeda ke sawah sana" rengekan putra pertama saya yang usianya belum genap dua tahun. Dengan perasaan yang riang gembira ku buka pintu rumahku dan ku tuntun sebuah sepeda berwarna merah bertuliskan honda beat ke halaman rumah. "horee .... ayo, ayo" teriak putraku menandakan riang gembira hatinya. Perlahan ku nyalakan sepeda motorku dan putraku sudah bersiap di boncengan depan. Greng....greng..... berangkat.

Untuk pertama kalinya saya bersepeda dengannya ke tengah sawah dipagi hari. Apapun yang saya lewati ku beritahukan kepadanya nama sebuah benda dan juga berbagai macam ciptaan Allah swt. Itu saya lakukan untuk menambah perbendaharaan kata yangg dia miliki, karena diapun masih dalam tahap berbicara karena usianya yang belum genap dua tahun. Sampai pada sebuah tempat dimana dia pandangi sebuah alat di tengah sawah yang mengeluarkan air dengan derasnya, dipandangnya alat tersebut menandakan baru pertama kalinya dia melihat alat tersebut dan tertarik pada benda tersebut. "Itu adalah diesel dek" sahutku memecahkan rasa penasaran yang ada pada dirinya, segera dia berkata "diesel" dengan ejaan yang belum begitu jelas. "iya itu diesel yang digunakan para petani untuk menyiram lahan mereka" sahutku menjelaskan fungsi benda tersebut, walaupun saya tahu dia belum lah tahu apa yang saya katakan. Sudah pukul 06.00 WIB saatnya saya dan putra saya kembali ke rumah untuk persiapan berangkat kerja.  

Sesampainya dirumah ku dapati pandangan mataku kabur kabur dan bola mata saya terasa perih di pinggirnya. Apa gerangan yang terjadi, tanyaku dalam hati. Sudah kesekian kalinya saya merasakan hal ini, tetapi saat ini berbeda dari biasanya. Segera ku ambil handphone dan ku kirim pesan ijin periksa kepada kepala sekolah. Pukul 08.30 WIB sampailah saya di rumah sakit umum daerah Kota Sukoharjo. Ku ambil nomor antrian untuk pemeriksaan mata, kala itu loket begitu ramai karena bertepatan hari senin. Nomor 41 diharap menuju ke loket 3, tibalah antrean saya dipanggil oleh cs rumah sakit.

Memasuki ruang periksa ku disapa oleh dokter spesial, satu persatu pemeriksaan dimulai, mulai dari sorot mata sampai tes baca jarak jauh. "Mata bapak tidak apa apa pak, melihat hasil pemeriksaan tadi mata bapak hanyalah kelelahan, sebaiknya jauhi benda benda yang beradiasi dulu supaya mata sehat kembali" kata dokter kepada saya. Alhamdulillah mata saya tidak apa apa, saya pikir mata saya terindikasi minus. Diberilah resep dan obat mata saya supaya sehat kembali.

Keluar dari rumah sakit saya sadar bahwa saya terlalu lama menghadap laptop tanpa istirahat tidaklah baik, padahal ibu dokter menyarankan untuk selalu mengistirahatkan mata selama dua jam sekali ketika berhadapan dengan laptop. Karena saya seorang operator sekolah sudahlah pasti saya selalu berhadapan terus dengan laptop. Lebik baik mencegah dari pada mengobati, mulai saat itu juga ku berhati hati dalam menjaga mata, karena mata merupakan nikmat dari Allah yang wajib saya jaga kesehatannya.

Semoga Allah senantiasa melimpahkan kesehatan kepada kita semua. Sehat jasmani maupun rohani.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun